Rabu, 04 Agustus 2021

Tujuan Malaikat (1)

 


Telah kami jelaskan sebelumnya  bahwa para malaikat Allah tidak memiliki derajat dan kehormatan yang sama. Mereka juga tidak mengemban jenis tugas yang sama. Setiap malaikat ditetapkan untuk menjalankan tugas yang berbeda-beda.

Perubahan apa pun di dunia yang dapat diamati, seberapa pun jiwa dan dan raga mencapai kesempurnaan yang diharapkan, semua itu terjadi di bawah pengaruh samawi. Kadang kala malaikat memengaruhi beberapa potensi dan kemampuan alami dengan cara yang berbeda-beda. Misalnya, Jibril, malaikat yang agung dan memiliki kemiripan dengan bintang yang sangat terang di langit. Ia mempunyai banyak tugas atau layanan untuk dilaksanakan, sesuai dengan kedudukannya yang tinggi. Meskipun malaikat (Jibril) itu turun pada setiap orang yang dianugerahi wahyu Ilahi, tetapi ruang lingkup pengaruh turunnya  berbeda, menurut kemampuan dan kapasitas penerimanya. (Perlu diingat, 'turun', di sini, maknanya hanyalah 'memberi pengaruh', bukan turun dalam arti yang sebenarnya).

Lingkar (ruang lingkup) pengaruh ruhani yang paling besar yang diberikan oleh Jibril adalah yang terkait dengan wahyu kepada penutup para nabi, Muhammad saw.

Oleh karena itu, pengetahuan, kebenaran, kebijaksanaan yang mendalam, dan kefasihan, secara lengkap ditemukan dalam Quran Syarif. Derajat keagungan ini tidak dimiliki oleh Kitab Suci lainnya.


Seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya, hendaklah diingat bahwa pengaruh setiap malaikat pada jiwa manusia ada dua macam.

Pertama, pengaruh yang turun pada berbagai spesies embrio ketika masih dalam rahim (kandungan), dengan kehendak Allah.

Kedua, pengaruh yang bekerja pada embrio yang sudah siap (matang), untuk mengembangkan potensi dan kemampuannya yang tersembunyi hingga mencapai kesempurnaannya. Pengaruh kedua itu bila berkaitan dengan nabi atau wali yang sempurna, disebut wahyu. Hal itu terjadi apabila jiwa yang siap dengan kesempurnaan cahaya iman dan cahaya cintanya, menjalin hubungan pertemanan dengan Sumber segala karunia, yakni Allah Ta'ala. Cinta Allah yang menghidupkan, merupakan cerminan dari cintanya (kepada-Nya).

Sampai saat itu dan sampai tingkat kemajuan itu tercapai, semua daya dan kemampuan yang dimiliki oleh jiwa nanusia adalah hasil pengaruh tersembunyi yang ditimbulkan oleh malaikat Allah, ketika jiwa itu masih dalam keadaan embrio. Kemudian, ketika jiwa manusia dengan bantuan intervensi malaikat tahap pertama, mencapai posisi (siap menjadi penerima cinta Ilahi) ini, maka kemudian malaikat itu sekali lagi memberikan pengaruh luhurnya. Tetapi ini bukan dari ia sendiri, melainkan ia sebagai pelayan dan perantara yang dapat diibaratkan seperti saluran yang menarik air dari satu sisi dan mengalirkannya ke sisi lainnya.

Ketika cinta Allah dan cinta manusia bergabung, dan jiwa manusia dekat dengan saluran 'Ruhul Quddus', seketika itu juga mengalir (turun) karunia wahyu dari saluran (malaikat) ke dalam jiwa manusia. Dengan kata lain, pada waktu itu Jibril menurunkan bayangannya (pengaruhnya) yang bercahaya dan memasukkan gambar bayangannya (pengaruhnya) pada hati (jiwa) yang siap. Karena malaikat yang menetap di langit bernama Jibril, maka nama gambar bayangannya (pengaruhnya) juga Jibril. Atau jika nama malaikat itu Ruhul Quddus, maka gambar bayangannya (pengaruhnya) juga disebut Ruhul Quddus.

(Tauzih-i Maram, hlm. 30-32).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar