Minggu, 22 Agustus 2021

Tingkat Perkembangan Ruhani

 


Untuk mengenal derajat tinggi Nabi Muhammad saw., perlu dijelaskan bahwa berdasarkan keadaan ruhani manusia, tingkat kedekatan dan kecintaan Allah ( dengan manusia) dapat dikelompokkan menjadi tiga macam.


Tingkat terendah, yang tentu saja juga penting, adalah tingkat (keadaan) bahwa api cinta Ilahi memanaskan hati (jiwa) manusia, mungkin saja sedemikian rupa ia memanaskan, sehingga jiwa manusia itu dapat mempertunjukkan sebagian fungsi api (setelah menyerap sifat-sifat api), tetapi hasilnya kurang sempurna, tidak terjadi nyala dan cahaya api.

Pada tingkat cinta ini, ketika ada api cinta Allah Ta'ala di dalam jiwa manusia, seberapa pun panas yang timbul karena sentuhan api cinta Ilahi itu, hal itu disebut kedamaian dan kepuasan, terkadang disebut juga malaikat.


Tingkat kedua cinta Ilahi adalah seperti yang telah kami jelaskan di atas, ketika kedua cinta (cinta Ilahi dan manusia) bertemu, api cinta Ilahi memanaskan hati (jiwa) manusia sedemikian rupa, sehingga dalam jiwa manusia muncul cahaya seperti api, tetapi dalam cahaya itu tidak ada nyala api, hanya ada cahaya, yang disebut Ruhul Quddus  (Ruh Suci).


Dalam tingkat ketiga cinta Ilahi, nyala api cinta Ilahi yang berkobar-kobar jatuh (menyentuh) pada sumbu cinta manusia yang layak dan menyalakannya; ia memengaruhi semua bagian, semua urat dan serat jiwa manusia, dan mengubahnya menjadi manifestasi cinta Ilahi yang sempurna. 

Dalam kondisi ini, api cinta Ilahi tidak hanya memberi cahaya pada hati (jiwa) manusia, tetapi bersama dengan cahaya itu seluruh wujud dinyalakan; kobaran dan nyala apinya menerangi segala sesuatu di sekitarnya, seperti siang hari dan tidak ada kegelapan yang tersisa. Dengan segala kesempurnaan, seluruh wujud  berubah menjadi massa api.

Keadaan yang berupa api menyala-nyala yang terjadi karena penyatuan dua cinta (cinta Ilahi dan manusia) itu disebut Ruhul Amin (ruh terpercaya), karena memberikan keselamatan dan keamanan dari setiap kegelapan dan bebas dari kekotoran.

Ia disebut juga 'syadiidul quwaa' (yang paling kuat), karena merupakan wahyu yang paling kuat, tidak ada jenis wahyu (lain) yang lebih kuat yang dapat dibayangkan.

Ia disebut juga 'dzul ufuqul a'laa' (pemilik cakrawala yang paling luas), karena ia merupakan manifestasi wahyu Ilahi yang paling unggul.

Ia disebut juga 'yang berada di luar pemahaman', karena tidak mungkin bagi semua makhluk untuk membayangkan dan memahami keadaan itu.

Hanya kepada satu orang di dunia ini, telah dianugerahkan daya lihat dan daya faham itu. Yaitu dia yang merupakan insan kamil (manusia sempurna), yang wahyu padanya mencapai puncaknya, yang kepadanya kemampuan alami manusia mencapai kesempurnaan.

Bayangkan, seluruh ciptaan Allah sebagai garis lurus vertikal; Muhammad saw. merupakan titik paling atas garis itu. Tangan kebijaksanaan Ilahi pertama-tama memulai serangkaian penciptaan dari ciptaan terendah, kemudian mengembangkannya dengan proses evolusi sehingga pribadi Muhammad saw. yang  mulia muncul sebagai ciptaan yang paling sempurna. Nama Muhammad berarti 'orang yang terpuji', yakni orang yang dalam dirinya sifat-sifat sempurna dimanifestasikan. Sebagaimana menurut fitrah (sifat asal)nya Nabi Muhammad saw. memegang posisi yang paling tinggi dan luhur, demikian pula secara lahiriah beliau juga menerima wahyu tertinggi dan posisi cinta Ilahi paling tinggi. Posisi Muhammad saw. begitu tinggi, sehingga baik Almasih ibnu Maryam maupun aku tidak dapat mencapai posisi itu, yang dikenal sebagai 'posisi penyatuan' dan 'posisi kesatuan sempurna dengan Allah'.

(Tauzih-i Maram, hlm. 11-13).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar