Rabu, 28 Juli 2021

Masih Mau'ud (1)



Kami telah menjelaskan sebelumnya bahwa kaum kafir Mekah pernah meminta Nabi Muhammad saw., penutup para nabi, agar memperlihatkan mukjizat, naik ke langit dan turun dari langit (dengan badan jasmani) di hadapan mereka. Kaum kafir Mekah menerima jawaban yang tercantum dalam Al-Quran:


قُلْ سُبْحَانَ رَبِّىْ ھَلْ كُنْتُ اِلَّا بَشَرًا رَّسُوْلًا


"Katakanlah: Maha Suci Tuhanku! Bukankah aku ini hanya manusia biasa yang menjadi Rasul?" 

(Bani Israil, 17:93).


Allah Yang Maha Bijaksana tidak ingin menunjukkan mukjizat secara terbuka seperti itu di dunia ini, dan tidak ingin menghancurkan kebijakan iman kepada yang gaib.


Jika suatu hal tidak layak bagi Nabi Muhammad saw. yang merupakan nabi terbaik dari semua nabi, dan hal itu dianggap di luar sunatullah, lalu bagaimana mungkin hal itu bisa menjadi layak bagi Isa Almasih as.? Sungguh suatu penghinaan besar pada Nabi Muhammad saw., bila kita percaya bahwa mukjizat tertentu tidak layak untuk beliau, tetapi layak untuk Isa Almasih as. Mungkinkah ada seorang muslim sejati yang tidak sopan seperti itu? Tidak mungkin sama sekali.


Layak dijelaskan juga bahwa pikiran yang disebutkan di atas (Isa Almasih Ibnu Maryam naik ke langit dan akan turun lagi ke bumi), yang telah lama menyebar di kalangan umat Islam, benar-benar tidak bisa dilacak dalam buku-buku kami. Sebaliknya, hal itu merupakan asumsi yang salah  sebagai akibat dari kesalahfahaman terhadap beberapa hadis nabi. Beberapa hal rekaan telah dimasukkan dalam hadis-hadis itu. Hadis-hadis itu telah diperkaya dengan pokok bahasan yang tidak berdasar. Semua hal yang bisa mengarah pada tujuan sebenarnya malah diabaikan.


Hadis nabi yang sangat jelas yang berkaitan dengan hal itu adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muhammad Ismail Bukhari (semoga Allah merahmatinya), dari Abu Hurairah ra.:


كَيْفَ اَنْتُمْ اِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَاِمَامُكُمْ مِنْكُمْ


"Bagaimanakah keadaan kamu (pada hari) ketika Ibnu Maryam turun di antara kamu, dan dia menjadi imam (pemimpin ruhani) kamu, (yang lahir) dari kalangan kamu." (Sahih al-Bukhari 3449, bab 60, hadis no. 119).


Dalam hadis itu, Nabi Muhammad saw. menjelaskan bahwa Ibnu Maryam yang akan turun (yang dijanjikan) bukanlah Ibnu Maryam hakiki  (Isa Almasih as.), tetapi Ibnu Maryam majasi.

Dalam hadis itu, Nabi Muhammad saw. menyatakan bahwa orang yang dimaksud akan berasal dari antara kamu, dari antara umat Islam (umat Muhammad saw.), dia akan menjadi imam (umat Islam), dan akan dilahirkan dengan ciri-ciri  seperti ciri-ciri Ibnu Maryam.


Para pengikut aliran pemikiran lama menafsirkan hadis itu demikian, ketika Nabi Isa Almasih as. akan turun dari langit, dia akan datang setelah dibebaskan atau dilepaskan dari posisi kenabiannya. Dia tidak akan peduli dengan Injil. Dia akan bergabung dengan umat  Muhammad saw. (umat Islam). Dia akan mengamalkan Al-Quran, melakukan salat lima waktu, dan menyebut dirinya muslim. 

Tetapi tidak dijelaskan, mengapa dan untuk alasan apa dia diturunkan ke posisi seperti itu?

Bagaimana pun, saudara-saudara kita muslim mengakui bahwa pada hari itu Ibnu Maryam akan menjadi seorang muslim, akan menyatakan dirinya sebagai salah seorang dari umat Muhammad saw., dan tidak akan menyebutkan kenabian yang pernah diberikan kepadanya sebelumnya. 

Dengan menganggap hal yang pada dasarnya bersifat majasi (kiasan) sebagai hal yang hakiki (sebenarnya), saudara-saudara kita menghadapi  kesulitan besar, yakni mereka terpaksa menetapkan seorang nabi (Isa Almasih as.) kehilangan jabatan kenabiannya...


Mungkin saudara-saudara kita mempunyai dalih pamungkas bahwa kata-kata yang terkandung dalam hadis sahih yang menjelaskan tanda-tanda Almasih yang akan datang akan sulit dicocokkan (dengan fakta yang ada). Misalnya, dalam hadis itu disebutkan bahwa ketika Almasih datang, dia akan mematahkan salib, menghapus jizyah (pajak untuk jaminan keamanan dari rakyat non-muslim yang berada di bawah pemerintah Islam), membunuh babi, dan akan tiba waktunya ketika sifat dan kebiasaan buruk orang Yahudi dan Nasrani menyebar di kalangan umat Islam.

Kami berpendapat, mematahkan salib bukan berarti perang secara fisik melawan kekristenan. Tetapi perang secara ruhani untuk membersihkan agama salib (Kristen) dan menunjukkan serta membuktikan kepalsuan-kepalsuannya.

Menghapuskan jizyah maksudnya, mengisyaratkan bahwa pada hari-hari itu hati manusia secara otomatis akan tertarik ke arah kebenaran, tidak perlu ada peperangan. Akan terjadi kecenderungan, orang-orang dengan berbondong-bondong  masuk Islam. Tatkala pintu masuk agama Islam terbuka, dan sejumlah besar orang menerima agama itu, lalu dari siapa jizyah akan diambil? Semua ini tidak akan terjadi sekaligus. Fondasi untuk hal ini sedang diletakkan sekarang.

Yang dimaksud 'babi' adalah orang-orang yang memilki sifat dan kebiasaan babi. Pada hari itu, orang-orang seperti itu akan dikalahkan dan dibunuh dengan pedang argumen dan bukti, bukan dengan seorang nabi suci berburu babi di hutan-hutan.

(Tauzih-i Maram, hlm. 5-7).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar