Selasa, 13 Juli 2021

Makna Sumpah Allah (2)



Allah Ta'ala senang bersumpah dengan berbagai benda  atau nama makhluk-Nya, karena sumpah bisa berfungsi sebagai pengganti saksi. Itulah sebabnya, ketika tidak ada saksi, maka orang yang harus melaksanakan hukum menerima atau percaya pada sumpah, dan satu kali sumpah setara dengan paling sedikit dua saksi.

Sumpah diterima sebagai pengganti saksi menurut akal, hukum adat, hukum agama, dan hukum perundang-undangan. Karena itu Allah Ta'ala bersumpah dengan benda-benda ciptaan-Nya sebagai saksi dan sarana pembuktian.


Allah Ta'ala bersumpah, 'Demi matahari dan cahayanya', maknanya, matahari dan cahayanya keduanya merupakan saksi untuk fakta bahwa jiwa manusia ada dan mandiri. Sifat hangat atau panas, bercahaya dsb. yang ada pada matahari, juga ada dalam jiwa manusia. Cahaya kasyaf (wahyu) dan hangatnya perhatian yang ada dalam jiwa yang sempurna, keajaibannya melebihi cahaya dan kehangatan matahari. Oleh karena itu, jika matahari ada sendiri dan mandiri, maka jiwa manusia yang mempunyai sifat serupa atau bahkan lebih baik, bagaimana mungkin ia tidak ada sendiri?


Demikian pula tatkala Allah Ta'ala bersumpah, 'Demi bulan ketika mengikuti matahari', maknanya, bulan dengan sifat atau ciri-cirinya 'mendapat manfaat dari matahari dengan meminjam cahaya darinya', memberi kesaksian atau bukti akan kenyataan bahwa jiwa manusia tentu ada dan mandiri. Sebagaimana bulan memperoleh cahaya dari matahari, begitu juga jiwa manusia yang sedang mencari kebenaran, dengan mengikuti langkah manusia sempurna (insan kamil) lainnya, ia memperoleh cahaya dan berkah batiniah darinya. Bahkan jiwa manusia memperoleh manfaat lebih banyak daripada bulan; karena kadang-kadang bulan berhenti mendapatkan cahaya dari matahari, sedangkan jiwa manusia tidak pernah berhenti mencari cahaya.

Apabila jiwa manusia yang memperoleh cahaya dari sumber lain mempunyai sifat-sifat yang serupa dengan sifat-sifat bulan, atau bahkan lebih baik; lalu mengapa orang percaya bahwa bulan itu ada sendiri dan mandiri, tetapi menolak adanya jiwa manusia yang permanen?


Demikianlah, (dalam Quran, surat Asy Syams) Allah Ta'ala telah menyebutkan berbagai benda dan bersumpah dengan nama semua benda itu, sebelum Dia menyebutkan tentang jiwa manusia. Dia merujuk pada sifat atau ciri benda-benda ini sebagai saksi atau bukti yang penting dan meyakinkan tentang fakta bahwa jiwa manusia benar-benar ada (nyata keberadaannya).

Di mana pun dalam Al-Quran, Allah Ta'ala telah bersumpah, maksud dan tujuan sumpah itu menegaskan bahwa benda-benda ( hal-hal) yang nyata yang memiliki kemiripan dengan benda-benda (hal-hal) yang tersembunyi, agar disebutkan sebagai saksi dan bukti untuk benda-benda (hal-hal) yang tidak terlihat oleh mata manusia.

(Tauzih-i Maram, hlm. 27-28).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar