Rabu, 30 Juni 2021

Makna Sumpah Allah (1)

 


Jika ditanyakan, mengapa Allah bersumpah dengan nama makkluk-Nya, padahal bila dibandingkan dengan keberadaan Allah makhluk itu tidak begitu berarti? 

Jawabannya, dalam seluruh Quran Syarif ada kebiasaan umum dan aturan Ilahi bahwa untuk bukti kebenaran masalah teoretis (masalah berdasar pada teori), Allah mengacu pada hal-hal yang memiliki bukti nyata dan jelas tentang sifat-sifatnya.


Tidak ada seorang pun dapat meragukan bahwa matahari itu ada dan bersinar, bulan itu ada dan memperoleh cahaya dari matahari. Semua orang tahu siang hari dan malam. Ruang langit yang luas dan bumi yang merupakan tempat tinggal manusia, terlihat jelas bagi semua orang. Semua benda ini memiliki wujud dan ciri-ciri khusus yang jelas, tak ada yang bisa menyangkalnya.


Sedangkan jiwa (ruh) manusia merupakan sesuatu yang tersembunyi dan teoretis. Banyak pandangan yang saling bertentangan tentang wujud dan sifat-sifatnya. Ada banyak kelompok orang yang tidak percaya bahwa ada jiwa atau ruh manusia, yaitu sesuatu yang kekal dan mandiri, yang setelah ada perpisahan dengan tubuh ia bertahan selamanya.


Tidak semua orang yang mempercayai adanya jiwa (ruh) dan keabadiannya menghargai kemampuan jiwa yang tersembunyi sebagaimana mestinya. Bahkan beberapa orang beranggapan bahwa tujuan mereka dilahirkan di dunia hanyalah untuk makan, minum seperti binatang, dan menjalani hidup untuk mengejar kesenangan jasmani dan duniawi.

Mereka bahkan tidak menyadari bahwa dalam jiwa manusia terkandung potensi yang luar biasa. Bila mereka fokus untuk memperoleh kesempurnaan jiwa mereka, maka dalan waktu singkat berbagai kesempurnaan dan keunggulan di seluruh dunia bisa melingkupinya.


Dalam surat yang diberkahi (surat Asy-Syams) ini, Allah Ta'ala ingin membuktikan keberadaan jiwa manusia dengan sifat-sifat khususnya yang luar biasa. 

Untuk menarik perhatian, pertama-tama Allah menyebutkan berbagai sifat matahari, bulan, dan benda-benda lain. Kemudian mengarah pada jiwa manusia yang mengandung gabungan berbagai sifat dan kesempurnaan benda-benda itu. Ketika jiwa manusia memiliki potensi kesempurnaan dan sifat-sifat yang sangat baik yang ditemukan tersebar dalam benda-benda langit dan bumi, maka termasuk tindak kebodohan anggapan orang bahwa jiwa manusia yang mengandung semua sifat indah itu bukanlah apa-apa dan tidak ada setelah kematian tubuh manusia.

Semua sifat yang terdapat pada benda-benda yang dapat diamati dan dirasakan, keberadaan mereka tidak dapat disangkal; karena seorang buta pun bisa mempercayai adanya matahari melalui kehangatan sinar matahari yang dia rasakan. Kemudian, bagaimana mungkin masih ada keraguan tentang keberadaan jiwa yang permanen dan mandiri, bila dalam jiwa itu ada semua sifat benda-benda yang dapat diamati dan dirasakan tersebut? Mungkinkah sesuatu yang tidak ada dapat mengandung gabungan sifat-sifat semua benda yang diketahui ada?

(Tauzih-i Maram, hlm. 26-27).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar