Rabu, 30 Juni 2021

Sifat-sifat Insan Kamil



Dalam kalimat ibarat, Allah Ta'ala telah menyatakan di dalam Al-Quran, surat Asy-Syams bahwa derajat insan kamil  (manusia sempurna) merupakan yang tertinggi dari antara semua makhluk di langit dan di bumi. Beberapa ayat dalam surat tersebut sebagai berikut:


وَالشَّمْسِ وَضُحٰھَا . وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىھَا . وَالنَّھَارِ اِذَا جَلّٰىھَا . وَالَّيْلِِ اِذَا يَغْشٰھَا . وَالسَّمَآءِ وَمَا بَنٰھَا . وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰھَا . وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىھَا . 


"Demi matahari dan cahaya yang diberikannya. Demi bulan ketika mengikuti matahari, meminjam cahayanya. Demi siang ketika menampakkan cahayanya. Demi malam tatkala menutupinya, yang gelap gulita. Demi langit dan bangunannya. Demi bumi dan perbentangannya. Demi jiwa manusia dan kesempurnaannya." (Asy-Syams, 91:1-7).


Dalam jiwa insan kamil terdapat sifat kesempurnaan matahari dan sinarnya. 


Dalam jiwa insan kamil juga ditemukan sifat-sifat bulan. Ia bisa memperoleh kebaikan serta manfaat dari pihak lain, dan menerima cahaya dari sumber cahaya lain. 


Insan kamil juga mempunyai sifat seperti sifat siang hari. Sebagaimana di siang hari para pekerja dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, demikian pula para pencari kebenaran, orang yang menapaki jalan kebaikan dan perdamaian, dengan mengikuti teladan insan kamil mereka mampu melaksanakan tugas-tugas keagamaan mereka dengan mudah, jelas dan nyaman. Mereka seperti siang hari, dapat mengungkapkan dirinya dengan jelas dan memanifestasikan semua 'sifat siang hari' di dalam dirinya.


Insan kamil (manusia sempurna) juga memiliki keserupaan dengan malam yang gelap gulita. Yakni, meskipun dia menyepi dan memisahkan diri dari keinginan diri (nafsu) yang diperoleh dari sisi Allah, dia terkadang ingin mengalihkan perhatian  ke hal-hal yang menjadi hak asasi manusia, dengan kebijaksanaan dan petunjuk Ilahi. Keinginan seperti itu tampaknya bertentangan dan menjadi penghalang cahaya ruhani; seperti keinginan untuk makan, minum, tidur, melaksanakan hak-hak istri, dan mencintai serta merawat anak- anak. Tetapi sebenarnya, insan kamil melakukan semua hak itu, dan sesaat menerima kegelapan untuk dirinya sendiri, bukanlah karena dia cenderung ke arah kegelapan seperti itu, melainkan karena Allah Yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana sendiri mengarahkannya pada hal-hal itu. Sehingga dia bisa memperoleh sedikit istirahat dari usaha dan perjuangan ruhaniah, kemudian bersiap untuk melanjutkan perjuangan itu.

Para insan kamil jika membiarkan diri untuk menikmati kenyamanan dan kebutuhan jasmaniah, setelah mengalami kecemasan dan kelelahan batin, hal itu membantu tubuh mereka yang lemah agar menjadi bugar serta mendapatkan kekuatan yang cukup untuk menemani perjalanan ruh. Dengan sedikit pemanjaan itu, manusia mampu menempuh beberapa tahap kemajuan ruhani. Selain itu, jiwa manusia juga memiliki sifat-sifat halus lainnya menyerupai sifat-sifat malam yang telah ditemukan melalui beberapa penelitian yang dilakukan di bidang ilmu falak (astronomi) dan ilmu perbintangan (astrologi).


Jiwa insan kamil juga memiliki kemiripan dengan langit (angkasa). Ruang langit begitu luas, sehingga tidak ada sesuatu yang dapat memenuhinya. Begitu pula daya penalaran para orang yang berjiwa mulia itu mempunyai kapasitas yang luas di dalamnya. Meskipun mereka memperoleh ribuan pengetahuan dan kebenaran, mereka masih saja berteriak 'aku tidak tahu'.

Sebagaimana ruang langit (ruang angkasa) dihiasi dengan bintang-bintang terang, demikian pula jiwa insan kamil memiliki kekuatan bercahaya sedemikian rupa, sehingga dapat dideteksi dan tampak seperti bintang-bintang di langit yang gelap.


Jiwa insan kamil juga sangat mirip dengan bumi atau tanah. Jenis tanah terbaik mempunyai ciri-ciri, ketika diolah, dibajak, ditaburi benih, diairi, dan semua perawatan serta perhatian yang dibutuhkan diberikan padanya; maka ia memberikan hasil yang jauh lebih banyak daripada tanah lainnya. Buah yang dihasilkannya lebih mulus, lebih manis, dan lebih enak daripada tanaman buah-buahan lainnya, kuantitas dan kualitasnya sangat unggul.

Begitu pula keadaan jiwa insan kamil, ketika firman-firman Ilahi ditaburkan ke dalam hatinya, maka tumbuhlah 'tanaman perbuatan baik (amal saleh)' yang subur dan menakjubkan. Buah dari 'tanaman itu' sangat baik dan enak, sehingga setiap orang yang melihatnya ingat akan kesucian dan kekuasaan Allah, dan pasti mengucapkan 'subhanallah, subhanallah'.


Ayat وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىھَا (Demi jiwa dan kesempurnaannya), menjelaskan bahwa insan kamil sifat intinya adalah (seperti sifat) alam semesta. Semua sifat jagat raya (alam semesta) secara ringkas, dalam skala lebih kecil dapat ditemukan di dalam diri insan kamil. Sebagai petunjuk, Allah Ta'ala menjelaskan mulai dari sifat-sifat matahari sampai dengan sifat-sifat bumi yang merupakan tempat tinggal kita. Benda-benda itu disebutkan untuk sumpah. Setelah itu, Allah menyebutkan jiwa insan kamil, maka hendaklah difahami bahwa jiwa insan kamil merupakan gabungan semua macam kesempurnaan yang terdapat dalam benda-benda yang telah disebutkan sebelumnya dalam sumpah.

(Tauzih-i Maram, hlm. 23-26).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar