Rabu, 30 Juni 2021

Manusia Makhluk Allah Terbaik (2)



Allah Ta'ala berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِىْ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ

"Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam (bentuk) ciptaan yang paling baik." 

(At-Tin, 95:4).


Ayat ini menyatakan bahwa Allah telah menciptakan dalam diri manusia bentuk keseimbangan terbaik. Dibandingkan dengan semua makhluk lainnya, manusia paling baik dan paling unggul dalam sifat keseimbangannya.


Firman Allah selanjutnya:

اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَھَا وَاَشْفَقْنَ مِنْھَا وَحَمَلَھَا الْاِنْسَانُ  اِنَّهُ كَانَ ظَلُوْمًا جَھُوْلًا .

"Sesungguhnya Kami menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung; tetapi mereka menolak untuk memikulnya dan merasa takut terhadapnya, dan manusia memikulnya. Sesungguhnya ia itu zalim dan bodoh." (Al-Ahzab, 33:72).


Inti ayat ini, cinta kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya meskipun dalam penderitaan, adalah amanah yang Allah tawarkan kepada semua malaikat di langit dan semua makhluk di bumi serta di pegunungan. Meskipun mereka tampak sangat besar dan penuh daya, mereka menolak untuk memikul amanah itu. Tetapi manusia bisa menerimanya, karena memiliki dua keunggulan. Pertama, manusia bisa menanggung penderitaan di jalan Allah Ta'ala. Kedua, dalam cintanya kepada Allah, manusia bisa mencapai puncaknya, sehingga dia bisa menganggap tidak penting segala sesuatu selain Allah.


Dalam surat lain, dalam Al-Quran Allah berfirman:

اِذْقَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓءِكَةِ اِنِّىْ خَالِقٌ بَشَرًا مِّنْ طِيْنٍ . فَاِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِىْ فَقَعُوْا لَهُ سٰجِدِيْنَ . فَسَجَدَ الْمَلٰٓءِكَةُ كُلُّھُمْ اَجْمَعُوْنَ اِلَّآ اِبْلِيْسَ .

"Tatkala Tuhanmu berfirman kepada makaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka tatkala Aku menyempurnakannya dan meniupkan di dalamnya sebagian ruh-Ku, maka rebahkanlah (dirimu) bersujud kepadanya. Maka para malaikat bersujud semuanya. Kecuali iblis." 

(Shad, 38:71-74).


Ayat-ayat tersebut mengingatkan manusia (yang merupakan manifestasi Allah paling sempurna) bahwa Allah nemberitahukan kepada para malaikat, bahwa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Setelah Dia menyempurnakan keseimbangan dan keserasian manusia, serta meniupkan  ruh-Nya ke dalam dirinya, para malaikat bersujud kepadanya. Maksudnya, para malaikat mengabdikan diri untuk melayani manusia. Begitu rendah hatinya para malaikat dalam melayani manusia, sehingga seakan-akan mereka bersujud kepadanya. Jadi semua malaikat berlutut dengan kerendahan hati di hadapan 'manusia sempurna' (insan kamil). Tetapi setan menolak menghormatinya.


Perlu diingat, perintah kepada para malaikat untuk bersujud di hadapan manusia, tidak berhubungan dengan kejadian spesifik ketika Adam diciptakan. Tetapi itu perintah kepada para malaikat, ketika manusia mencapai tingkat kemanusiaan sejati, mencapai keseimbangan insani, dan ruh Allah bersemayam di dalam dirinya, maka para malaikat harus bersujud di hadapannya.

Dengan kata lain, para malaikat harus turun padanya dengan cahaya langit dan menyampaikan berkah kepadanya. Hal ini merujuk pada hukum lama Allah yang selalu berlaku pada orang-orang pilihan Allah. Ketika manusia mencapai keseimbangan serta kemantapan ruhani, ruh Allah bersemayam di dalam hatinya, dirinya menjadi fana, dan  memperoleh derajat abadi dengan Allah, maka secara khusus malaikat mulai turun kepadanya. Meskipun pada tahap awal perkembangan manusia (dalam pencarian Tuhan) para malaikat juga terlibat membantu melayani manusia, tetapi keterlibatan malaikat pada tahap yang agung ini jauh lebih sempurna, sehingga seperti sujud di hadapan manusia.


Dengan menggunakan kata 'sujud', Allah Ta'ala telah memperjelas bahwa malaikat tidak lebih unggul daripada 'manusia sempurna'. Sebaliknya, para malaikat itu seperti pelayan kerajaan yang selalu bersujud di hadapan manusia sempurna.

(Tauzih-i Maram, hlm. 22-23).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar