Senin, 16 November 2020

Insan Kamil

 


Manusia disebut insan kamil (manusia sempurna), pada waktu padanya telah ditiupkan sebagian ruh Allah, dan malaikat bersujud kepadanya. 

Allah berfirman:

فَاِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِىْ

"Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian ruh-Ku." (Al-Hijr, 15:29).

Pada waktu itu, dia menjadi manusia baru. Ruhnya mabuk dengan penuh kenikmatan. Kenikmatan ruh ditemukan ketika manusia mulai meleleh hatinya dengan rasa takut (pada Allah), mengalir seperti air. Pada posisi ini dia menjadi "kalimah".

Padanya berfungsi pengertian ayat:

اِذَا اَرَادَ شَيْاً اَنْ يَّقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ

"Jika Ia menghendaki sesuatu, hanyalah berfirman kepadanya: Jadi! Maka jadilah itu." (Ya Sin, 36:82).

Kebanyakan orang membuat kesalahan besar tentang kata "kalimatullah" yang berhubungan dengan Almasih. Mereka memahami kata itu khusus untuk Almasih. Padahal sama sekali tidak seperti itu. Setiap manusia ketika keluar dari kegelapan dan kotoran hawa nafsu, saat itu dia adalah "kalimatullah" (firman Allah). Ingatlah, manusia adalah "kalimatullah", karena di dalam dirinya ada ruh yang dalam Quran Syarif (17:85) disebut "Amri Rabbii" (urusan/perintah Tuhanku). Tetapi karena ketidaktahuannya, manusia tidak menghargai ruh. Itulah yang menyebabkan manusia terbelenggu dengan rantai, cahaya dan kebersihannya menjadi gelap karena perbuatan-perbuatan gelap dan hitam yang berbahaya. Hal itu membuat hati menjadi suram, sehingga tidak bisa merasakan petunjuk. Tetapi ketika manusia bertobat, kembali kepada Allah Ta'ala, dan melepaskan tudung kehidupannya yang kotor dan gelap, maka hatinya menjadi tercerahkan. Kemudian mulai kembali ke asal mula, bahkan hingga mencapai tingkat ketakwaan tertinggi, semua kotoran lenyap, dan hanya "kalimatullah" yang masih ada. Ini merupakan satu titik pengetahuan yang halus. Tidak semua orang bisa sampai ke dasarnya.

(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 1, hlm. 210-211).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar