Takwa ada tiga macam.
Pertama, takwa dengan ilmu, yakni takwa dalam bentuk iman.
Kedua, takwa dengan amal perbuatan. Contohnya, menegakkan shalat. Orang yang masih ada keragu-raguan dalam shalatnya, berarti belum tegak shalatnya. Dengan penegakan shalat, akan menghasilkan mi'raj. Dalam keadaan mi'raj ini manusia mampu berhubungan dengan Allah Ta'ala.
Contoh lainnya, membelanjakan dari apa yang telah diberikan oleh Allah (rezeki). Orang pada umumnya memahami rezeki itu makanan, hal itu tidak tepat. Kekuatan, kekuasaan, ilmu, keterampilan, pengetahuan tentang kebenaran, akhlak mulia, kelimpahan makanan dan harta juga termasuk rezeki.
Ingatlah, yang disebut orang bakhil bukan hanya orang yang tidak mau memberikan sedikit pun hartanya kepada orang yang berhak, tetapi juga orang yang enggan mengajarkan dan membagikan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain.
Orang yang enggan mengajarkan dan memperkenalkan ilmunya kepada orang lain, karena beranggapan jika orang lain bisa belajar dan memperoleh ilmu darinya, dia yang mengajarkan ilmunya tidak akan terhormat atau akan berkurang pendapatannya. Orang itu telah terlibat dalam syirik. Karena dengan demikian, berarti dia menganggap ilmu itu sebagai Pemberi rezeki dan Tuhan baginya.
Orang yang tidak menggunakan akhlak luhurnya, juga disebut orang bakhil. Orang bertakwa hendaklah memberikan akhlaknya, yakni memperlakukan makhluk Allah dengan akhlak luhur yang dimiliki karena rahmat Allah Ta'ala semata. Sehingga orang lain yang melihat keteladanannya pun akan berusaha mewujudkan akhlak luhur pada dirinya.
Demikianlah dua contoh takwa dengan ilmu dan dengan amal perbuatan.
Ketiga, takwa dengan kesaksian.
Manusia membutuhkan kekuatan kesaksian. Janganlah kamu memilih jalan yang jauh dari kesaksian suci. Jalan yang di dalamnya tidak ada kesaksian orang-orang tulus, itu jalan yang berbahaya. Jalan takwa adalah jalan yang di dalamnya terdapat kesaksian yang kuat, yang ada pada setiap zaman. Misalnya, kamu menanyakan tentang jalan. Seseorang mengatakan bahwa jalan itu menuju ke arah A. Tetapi sepuluh orang lainnya mengatakan bahwa jalan itu tidak menuju ke arah A, tapi ke arah B. Orang bertakwa tentu akan mempercayai perkataan sepuluh orang itu.
Ingatlah, kesaksian orang-orang tuluslah yang diterima dan cocok. Kesaksian orang-orang jahat tidak pernah bisa diterima. Inilah jenis takwa ketiga, akan sangat buruk orang yang meninggalkannya.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyah, jld. 1, hlm. 230,232, 235, dan 236.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar