Manusia berjalan di bawah kehendak Allah. Apabila seorang dokter ingin melakukan penyembuhan, hanya bergantung sepenuhnya pada obat, itu syirik. Hendaklah dia juga berusaha menyembuhkan orang sakit dengan jalan memberi rasa kasih sayang dan niat baik. Dengan demikan akan banyak berkahnya.
Dokter seharusnya tidak hanya mengandalkan kecerdasannya. Tetapi dia sebaiknya juga berdoa untuk pasien yang dirawatnya. Berdoalah untuk semua pasien yang dirawat. Tetapi untuk orang yang mengalami kesulitan khusus dan menderita sakit yang parah, dengan menyebut namanya, berdoalah secara khusus untuknya.
Masalahnya, berdoa itu sulit (terkabul), selama semua syarat doa tidak terpenuhi. Keyakinanku, tidak ada pedang, petir, obat, penawar racun, dan hal lain yang mempunyai pengaruh sama dengan pengaruh doa.
Seharusnya ada hubungan antara orang yang mendoakan dengan orang yang didoakan. Sehingga dalam hati orang yang mendoakan timbul rasa belas kasih dan ada gairah pada waktu berdoa.
Kisah seorang wali, Nizamuddin. Ada seorang datang ke rumah beliau untuk minta didoakan. Beliau berkata kepadanya, "masakkan susu dan nasi untukku." Timbul keraguan dalam batin orang itu, benarkah beliau wali? Orang itu datang untuk minta pertolongan, tapi beliau malah berbalik minta tolong. Namun kemudian dia berpikir, tidak apalah, itu bukan masalah besar. Kemudian dia memasak susu dan nasi, lalu membawanya kepada Nizamuddin. Nizamuddin menikmatinya, lalu berdoa untuknya. Dengan doa beliau, kesulitan orang itu terpecahkan, dan dia sukses dalam pekerjaannya. Dia merasa heran dan mulai berpikir bahwa Nizamuddin benar-benar seorang hamba Allah yang makbul (doanya). Tetapi apa rahasia beliau meminta susu dan nasi itu? Kemudian dia datang kembali ke rumah Nizamuddin, dan mengungkapkan apa yang dipikirkan dalam batinnya. Beliau menjawab, "Kamu datang untuk minta didoakan. Sebelumnya aku tidak ada hubungan denganmu. Aku berpikir, bagaimana agar timbul gairah dalam hatiku untuk mendoakan kamu. Maka agar terwujud hubungan batin, aku minta padamu untuk memasakkan susu dan nasi.
Ada lagi kisah Baba Farid. Ada orang telah kehilangan dokumen penjualan. Untuk itu, dia datang ke tempat Baba Farid untuk minta didoakan. Baba Farid berkata, "Bawalah halwa (manisan) untukku!" Saat orang itu pergi ke tempat pembuat dan penjual manisan untuk mendapatkan manisan, kebetulan kertas yang digunakan untuk membungkus manisan itu ternyata kertas dokumen penjualannya. Dengan demikian masalah dokumen penjualannya yang hilang telah teratasi, dan dia bisa membawa manisan untuk Baba Farid. Baba Farid berkata, "Sekarang aku tidak memerlukan lagi manisan. Pulanglah, berikan manisan itu kepada anak-anakmu."
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 1, hlm. 184-185).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar