Ketika Allah Ta'ala mendirikan jemaah ini, dan untuk mendukungnya Dia memperlihatkan ratusan tanda bukti, maksudnya adalah menjadikan jemaah ini sebagai jemaah sahabat Nabi Muhammad saw., yang terjadi pada masa generasi terbaik (khairul qurun). Orang-orang yang masuk dalam jemaah ini, masuk dalam jemaah aakhoriina minhum (orang-orang lain dari kalangan mereka atau orang-orang lain dari kalangan sahabat Nabi Muhammad saw.). Oleh karena itu, mereka wajib melepaskan atau meninggalkan kesibukan-kesibukan yang menipu, memusatkan seluruh perhatian pada Allah Ta'ala, dan menjadi lawan kelompok orang-orang yang bengkok atau menyimpang (faij a'waj).
Tiga era (masa) telah berlalu pada Islam.
Pertama, masa generasi terbaik tiga (khairul qurun tsalatsah), (yaitu masa Nabi Muhammad saw. dan khulafaur rasyidin, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in, pent.).
Kedua, masa kelompok orang-orang bengkok atau menyimpang (faij a'waj), yakni sesudah masa generasi terbaik. Mengenai hal itu Rasulullah Muhammad saw. menyatakan bahwa mereka bukan dari golongan beliau, dan beliau bukan dari antara mereka.
Ketiga, masa Masih Mau'ud, yang terkait dengan masa Rasulullah Muhammaf saw., bahkan hakikatnya ini adalah masa Rasulullah Muhammad saw. Allah berfirman:
اٰخَرِيْنَ مِنْھُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِھِمْ
"Orang-orang lain dari kalangan mereka yang belum pernah menggabungkan diri dengan mereka." (Al Jumu'ah, 62:3).
Ayat Quran Syarif tersebut menunjukkan degan jelas bahwa ada masa yang watak dan cara hidup orang-orang pada masa itu bertentangan dengan cara hidup para sahabat Nabi Muhammad saw. Kenyataan itu menunjukkan bahwa periode pertengahan selama seribu tahun, pada masa itu umat Islam menghadapi banyak kesulitan dan musibah. Kecuali beberapa orang, banyak dari mereka yang meninggalkan Islam. Pada masa itu lahir banyak mazhab (aliran), seperti mu'tazilah (mazhab yang lebih mengutamakan rasio atau akal, yang suka membicarakan hal-hal yang masuk akal, pent.), ibahiyyah (mazhab yang mempunyai akidah bahwa manusia tidak punya kekuatan untuk menghindari dosa dan melakukan kewajiban, yang lebih cenderung pada kenikmatan duniawi, pent.).
Kami mengakui, tidak ada masa bagi Islam yang berlalu tanpa ada contoh keberkahan Islam. Tetapi pada periode pertengahan yang telah lalu, jumlah abdal, aqtab (qutub atau ghauts), dan wali Allah lainnya sangat sedikit, yang mungkin kurang berarti dalam menghadapi jutaan manusia yang tersesat dari jalan yang benar, dan menjauh dari Islam. Karena itu, Rasulullah Muhammad saw. melihat masa itu dengan mata kenabian, lalu menyebutnya masa kelompok orang-orang yang menyimpang atau jahat.
Namun kini Allah Ta'ala ingin menciptakan satu kelompok lain yang besar, yang disebut kelompok sahabat r.a. Karena hukum alam (sunatullah) dalam jemaah yang Allah Ta'ala dirikan terjadi perkembangan secara bertahap, maka peningkatan dan kemajuan jemaah kita juga bertahap, seperti benih dalam pertanian. Tujuan jemaah itu tercapai melalui proses secara berangsur, seperti benih yang disebar di bumi. Tetapi tujuan yang tinggi untuk jemaah kita masih sangat jauh untuk terjangkau. Tujuan itu tidak mungkin tercapai selama dalam jemaah kita tidak ada kekhasan seperti yang Allah Ta'ala kehendaki, yakni ada warna (cara) khas dalam ikrar tauhid, dalam mengabdi kepada Allah, dalam ingat kepada Allah (zikir Ilahi), dan dalam memenuhi hak-hak saudara, sesama manusia.
Tujuan umum kebangkitan semua nabi adalah menanamkan cinta sejati kepada Allah Ta'ala dalam hati umat manusia, mewujudkan kearifan khusus dalam memenuhi hak dan mencintai umat manusia dan semua saudara. Selama perkara-perkara itu secara sempurna tidak ada dalam diri manusia, semua itu hanya akan menjadi hal yang bersifat adat.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 3a, hlm. 62-63).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar