Minggu, 31 Mei 2020

Akhlak Rasulullah Muhammad saw.



Sedemikian banyaknya akhlak luhur yang ditampilkan Nabi Muhammad saw., sehingga nabi-nabi lainnya tidak ada yang bisa menyamainya. Ketika tidak didapatkan kesempatan untuk menampilkan akhlak, tidak bisa dikatakan ada akhlak. Misalnya, kedermawanan, jika seseorang tidak mempunyai harta, bagaimana dia bisa menampilkan sifat kedermawanannya? Begitu pula, jika seseorang tidak pernah mendapat kesempatan untuk berperang, bagaimana dia bisa memperlihatkan sifat keberaniannya? Demikian juga, orang yang tidak memiliki kekuasaan dan kekuatan, bagaimana dia bisa menunjukkan sifat pengampun atau pemaaf? Pendek kata, seluruh akhlak itu terikat dengan kesempatan dan tempat.
Betapa banyak karunia Allah Ta'ala pada Nabi Muhammad saw. Beliau memperoleh banyak kesempatan untuk menunjukkan seluruh akhlak beliau. Padahal Nabi Isa as. tidak pernah mendapat kesempatan sebanyak itu. Contoh penampilan sifat kedermawanan Nabi Muhammad saw., pada suatu waktu Nabi Muhammad saw. memiliki banyak domba. Pada waktu itu ada seorang kafir berkata, "Engkau mempunyai domba sangat banyak, kepunyaan kaisar pun tidak sebanyak itu." Setelah mendengar perkataan itu, Nabi Muhammad saw. memberikan semua kawanan domba kepada orang itu. Ketika melihat kejadian tersebut, orang itu seketika itu juga menjadi muslim. Bahkan dia menganggap bahwa kedermawanan yang luar biasa itu, kecuali nabi, orang lain tidak akan pernah bisa melakukannya.
Kemudian, contoh pengampunan Nabi Muhammad saw., tampak saat penaklukan Mekah. Pada waktu itu, setelah beliau berhasil menguasai sepenuhnya para musuh, beliau mengatakan kepada semuanya, Laa tatsriiba 'alaikumul yaum, pada hari ini tidak ada celaan bagimu (12:92). Beliau mengasihi dan memaafkan semuanya. Setelah melihat hal itu, semua musuh masuk Islam. Apakah kita juga melihat contoh itu pada nabi-nabi lainnya? Sama sekali tidak. Setelah Nabi Muhammad saw. berhasil menguasai orang-orang Mekah, beliau secepatnya memaafkan mereka. Padahal mereka yang paling sengit mengganggu dan menyusahkan beliau, para kerabat dan sahabat beliau, dan melakukan kejahatan yang tidak layak dimaafkan. Padahal seandainya mereka diberi hukuman yang paling berat pun, ketetapan itu benar-benar adil. Tetapi beliau menunjukkan contoh pengampunan yang sempurna. Inilah perkara yang berpengaruh pada para sahabat, sehingga mereka banyak memuji beliau. Karena itu, beliau dikaitkan dengan nama Muhammad. Sebagaimana beliau terpuji di bumi, beliau juga terpuji di langit. Nama samawi beliau Muhammad. Ini satu contoh (teladan) yang Allah Ta'ala berikan kepada dunia. Oleh karena itu, selama manusia tidak bisa mewujudkan akhlak luhur dalam dirinya, dia tidak ada faedahnya. Manusia tidak bisa mewujudkan cinta suci pada Allah Ta'ala dalam batinnya, selama belum menjadikan akhlak luhur dan perilaku Nabi Muhammad saw. sebagai panduannya. Karena itu, Allah Ta'ala berfirman dalam Quran Majid:
قُلْ اِنْ کُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِى يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ
"Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu." (Ali 'Imran, 3:31).
Untuk menjadi kekasih Allah seharusnya orang mengikuti atau itibak sepenuhnya Rasulullah Muhammad saw. Orang bisa dikatakan itibak Nabi Muhammad saw. secara sempurna, bila dia mewarnai diri dengan akhlak luhur seperti yang dicontohkan oleh beliau. Tetapi sayang sekali, umat Islam dewasa ini itibak Rasulullah Muhammad saw. hanya dalam hal mengangkat kedua tangan, mengucapkan amin dengan bersuara, dan mengangkat jari telunjuk (dalam shalat). Sedangkan perkara akhlak luhur malah mereka tinggalkan. Puncak perkembangan ruhani dan tingkatan iman seorang mukmin sejati dan muslim yang tulus terjadi, setelah dia menjadi pengikut sejati Rasulullah Muhammad saw. dan mewarisi akhlak beliau sepenuhnya.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 3a, hlm. 55-56).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar