Allah Ta'ala ingin membedakan orang bertakwa dengan orang yang tidak bertakwa. Barangsiapa memahami kehendak Allah, dan mengupayakan takwa yang sebenar-benarnya, dialah orang yang akan memperoleh manfaat. Allah Ta'ala telah membukakan pada kita, bahwa orang yang mengupayakan takwa dengan hati yang tulus dan menciptakan ikatan hubungan dengan Allah, dia akan dijauhkan dari azab (siksaan). Orang bertakwa tidak akan pernah terpenjara dalam azab. Jika na'udzubillah, ada orang dari jemaat kami yang terlibat dalam azab itu kemudian wafat, maka dengan memperhatikan kebenaran janji Allah, kita tentu akan mengatakan bahwa bagaimana pun ada semacam kelalaian pada orang itu. Tidak pernah terlintas dalam benak kami bahwa Allah Ta'ala akan mengingkari janji-janji-Nya. Karena itu, hendaklah warga jemaat kami bangun di waktu malam, dengan menangis berdoa kepada Allah Ta'ala. Dengan demikian kita membangun dinding untuk perlindungan kita. Allah Maha Penyayang, Dia tidak pernah mematikan hamba-Nya yang tulus dengan kematian yang hina. Kami telah mengumumkan bahwa Allah Ta'ala menjanjikan pada jemaat kami, Dia akan menyelamatkan orang yang bertakwa. Oleh sebab itu, hendaklah kamu mengadakan perubahan suci dalam batinmu, agar terjaga dari celaan orang lain dan azab Allah. Barangsiapa memiliki hati yang suci dan bebas dari kejahatan, pasti Allah akan menyelamatkannya dari azab itu. Bertobatlah, dan kembalilah kepada-Nya dengan ikhlas.
Aku ingat, aku pernah menerima ilham dalam bahasa Urdu:
آگ سے ھمين مت درا - آگ ھماری غلام بلکہ غلامون کی غلام ھے
"Jangan takuti kami dengan api, (karena) api adalah hamba kami, bahkan hamba dari hamba kami."
Prinsipnya, barangsiapa menjadi milik Allah, Allah akan menjadi miliknya. Allah akan menyelamatkannya dari api, dan orang yang menanggung kerugian hal itu disebabkan oleh dirinya sendiri.
Apabila manusia tidak menyucikan hatinya, maka tidak ada dokter yang dapat mengobati (penyakit) hatinya. Hanya Allah dengan rahmat-Nya yang dapat membimbing manusia. Penyucian hati membutuhkan semacam "kematian". Selama manusia tidak mengalami kematian (kebiasaan buruknya) pada kehidupan sebelumnya, dan tidak merasakan bahwa dia sekarang bukan lagi manusia seperti sebelumnya, maka sampai saat itu dia tidak ada perubahan. Ketika disadari bahwa dengan keadaan seperti itu kehidupan dan harapan seakan-akan tak akan ada lagi, maka berarti dia akan berada pada langkah takwa.
Ingatlah baik-baik, hawa nafsu sering mengelabuhi manusia, seperti rakus harta, iri hati, dan mengharap kerugian harta orang lain. Manusia senantiasa terlibat dalam hal-hal seperti itu hingga akhir hayatnya. Manusia akan bebas dari semua itu ketika ada rasa takut pada Allah dalam hatinya.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 7, hlm. 492-493).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar