Sabtu, 28 Maret 2020

Menciptakan Hubungan yang Tulus dengan Allah



Aku berkali-kali menekankan pada jemaatku. Jangan terlena bahwa kamu telah mengikrarkan baiat. Selama kamu belum mencapai hakikatnya, hanya baiat tidak ada gunanya. Tujuan utama baiat adalah menciptakan hubungan yang tulus dengan Allah Ta'ala. Selama hal ini belum tercapai, belum ada apa-apanya. Misalnya, jika seseorang yang sakit tidak menggunakan resep dokter, sebaliknya resep itu hanya dipegang saja, maka dengan perbuatan seperti itu sakitnya tidak mungkin bisa disembuhkan. Demikian pula halnya orang yang berbaiat, masuk menjadi anggota jemaat kami, tapi tidak mengamalkan ajaran yang kami berikan, akan sia-sia baiatnya. Ingatlah baik-baik, dalam berhubungan dengan kami, ada syarat kesucian. Hanya hubungan saja tidak akan dapat mendatangkan manfaat. Jika hanya dengan hubungan bisa memberikan faedah, maka akan banyak orang Islam yang berhati kotor dan berlaku jahat, yang dengan Islam hubungannya hanya dengan namanya, tetapi sebenarnya dia yang mencemarkan Islam.
Pelajarilah buku kami, Kisyti Nuh atau Safinatu Nuh (Bahtera Nuh) beberapa kali. Benahilah perbuatan kamu sesuasi dengan petunjuk yang ada di dalam buku itu. Dalam Quran Syarif disebutkan:
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰھَا
"Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya." (Asy Syams, 91:9).
Allah Ta'ala ridha pada orang yang menyucikan jiwa.
Wabah ta'un (pes) ini hakikatnya bukan penyakit (biasa), melainkan sesuatu yang dikirimkan untuk membuat manusia kembali pada Allah Ta'ala. Janganlah kamu menjadi lurus (benar) karena takut pada wabah ta'un, tetapi jadilah lurus (benar) hanya dengan niat yang tulus, karena takut pada Allah, agar kamu terselamatkan dari syirik. 
Sebagian orang mengkritik bahwa hanya orang miskin yang mati karena penyakit ini. Sayang sekali, betapa malangnya orang-orang itu, mereka bukan mendapatkan peringatan tapi malah sebaliknya mulai melontarkan kritikan. Sebagian orang mengatakan bahwa ini hanyalah penyakit, apa hubungannya dengan shalat dan puasa? Penyembuhannya semestinya dilakukan oleh para dokter dan tabib, bukan? Pendeknya, ketidakpekaan dan keanngkuhan manusia telah memuncak.
Wabah ta'un adalah semacam cermin, dengan itu Allah Ta'ala ingin memperlihatkan wajah-Nya. Wajah Allah tersembunyi, sekarang Dia ingin menampakkannya.
Ingatlah, Allah Ta'ala tidak menyebut wabah ta'un sebagai rahmat, sehingga orang yang mati karena itu belum tentu mati syahid. Wabah ta'un disebut siksaan (29:34) yang datang sebagai tanda yang membedakan orang beriman dengan orang yang tidak beriman. Dalam beberapa ilham kami wabah itu disebut "ghodhob" (kemarahan Allah).
Setelah diadakan penelitian tentang penyakit ini, diketahui bahwa itu semacam binatang melata. Lebih dari 1400 tahun yang lalu Quran Karim telah memberi tahukan:
اَخْرَجْنَا لَھُمْ دَآبَّةً مِّنَ الْاَرْضِ تُكَلِّمُھُمْ
"Akan Kami keluarkan kepada mereka makhluk-makhluk dari bumi yang akan berbicara (melukai) kepada mereka." (An Naml, 27:82).
Firman Ilahi itu seakan-akan menjelaskan bahwa tatkala datang zaman kesesatan dan manusia tidak beriman kepada Allah Ta'ala, maka Allah Ta'ala akan memunculkan makhluk bumi (binatang melata) yang akan menggigit atau melukai manusia.
Pendek kata, wabah ta'un merupakan wujud kemarahan Allah Ta'ala. Setiap orang hendaklah memikirkan dan melakukan persiapan untuk penyelamatan darinya.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 7, hlm. 512-513).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar