Sabtu, 28 Desember 2019

Salat dengan Kehadiran Hati



Aku nasihatkan kepada jemaahku, janganlah kalian melaksanakan salat dengan tanpa gairah dan kehadiran hati. Sebaliknya, laksanakanlah salat dengan kehadiran hati. Dengan demikian, kalian akan memperoleh kepuasan dan kenikmatan.
Pada umumnya orang menunaikan salat dengan tidak ada usaha untuk mewujudkan kehadiran hati. Bahkan sebaliknya, mereka berusaha cepat-cepat menyelesaikan salat, dan sesudah selesai salat mereka memanjatkan doa-doa yang sangat panjang. Padahal salat yang merupakan mi'rajnya orang-orang beriman dimaksudkan untuk berdoa di dalamnya. Oleh karena itu, di dalam salat terdapat ummul ad'iyyah (induk doa) "ihdinash shiroothol mustaqiim", " pimpinlah kami pada jalan yang benar".
Manusia tidak akan pernah mencapai kedekatan dengan Allah Ta'ala, selama tidak menegakkan salat. Dalam Quran digunakan kalimat "aqimish sholaah", " tegakkanlah salat"  (Al-Isra'/Bani Israil, 17:78). (Maksudnya, menegakkan salat secara lahiriah, yakni dengan menyempurnakan syarat dan rukunnya; dan menegakkam salat secara batiniah, yaitu dengan menghadirkan hati dalam salat dan memahami serta menghayati apa yang diucapkan dalam salat, pent.). Orang yang bisa menegakkan salat akan memperoleh faedah untuk ruhaninya, dan dia akan asyik dalam doanya. Salat itu seperti minuman, orang yang sekali meminumnya tidak bisa melupakan nikmatnya dan akan selalu mabuk dengannya. Dalam salat terkadung semacam daya tarik, sehingga seandainya dalam sepanjang umurnya orang mencicipinya sekali saja, dia akan selalu merasakan pengaruhnya.
Orang beriman tentu sering duduk bangun sibuk berdoa. Tetapi cara berdoa bakda salat yang lazim ada di negeri ini sangat mengherankan. Di sebagian masjid, doa yang dipanjatkan bakda salat begitu panjang, sehingga selama itu seandainya seseorang berjalan bisa menempuh setengah mil perjalanan.
Oleh karena itu, nasihatku untuk jemaahku adalah, perbaiki dan bereskan salat kalian, karena inilah pokok doa. Perlu dipikirkan, beberapa orang telah melaksanakan salat berkali-kali hingga 30 tahun. Tetapi masih kosong dari kenikmatan rohani, dan tidak ada pengaruh ruhani, kekhusyukan dan kekhudukan. Karena pelaksanaan salat mereka tidak seperti yang dimaksudkan oleh Allah. Dalam Quran (Al-Ma'un, 107:4-5), dinyatakan "wail" (celaka) untuk orang yang lalai (menghadirkan hati) dalam salatnya, dan hambar salatnya.
Perhatikan, orang yang mempunyai permata yang sangat berharga, dengan diberi ganti uang, apakah dia akan membuang permata itu? Sama sekali tidak. Tetapi pertama dia akan berusaha menjaga dan menyelamatkan permata itu. Kemudian baru memegang uang. Karena itu, pertama-tama kita harus menegakkan salat yang merupakan sesuatu yang sangat berharga. Seharusnya kita melakukan salat dengan benar, tertib, dan memahami bacaannya.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 5, hlm. 327-328).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar