Jemaah kita perlu sekali menyiapkan mubaligh. Tetapi mubazir bila mubaligh kita tidak ada keunggulannya dibanding mubaligh-mubaligh yang lain. Mubaligh yang kita inginkan yaitu yang memenuhi beberapa hal:
Pertama, orang yang memperbaiki dirinya sendiri terlebih dahulu, sebelum berusaha memperbaiki orang lain. Dia memperlihatkan perubahan suci dalam tingkah lakunya, agar contoh-contoh baiknya berpengaruh pada orang lain. Amal baik merupakan nasihat yang terbaik. Barangsiapa hanya memberikan nasihat, tetapi dia sendiri tidak mengamalkannya, dia tidak akan bisa membuat orang lain mengamalkannya, dan tidak akan bisa memberikan pengaruh baik pada orang lain. Bahkan sebaliknya, nasihatnya menjadi penyebar kebebasan. Karena ketika para pendengar nasihat itu melihat bahwa orang yang memberikan nasihat sendiri tidak mengamalkan nasihatnya, maka mereka akan menganggap nasihat-nasihatnya hanya bersifat khayalan. Oleh sebab itu, hal yang sangat diperlukan bagi mubaligh pertama kali adalah perbaikan perbuatannya sendiri.
Hal kedua, yang sangat diperlukan bagi mubaligh kita adalah dia mempunyai pengetahuan yang benar tentang akidah kita dan beberapa masalah lain yang kita sampaikan ke muka dunia. Dia sendiri pertama-tama telah memahami akidah kita dan beberapa masalah lain dengan sebaik-baiknya, dan tidak kurang ilmunya, agar di hadapan para lawan dia tidak dipermalukan, dan ketika ada seseorang mencela serta menentangnya, dia tidak bingung dan gelisah bagaimana menjawabnya. Pendek kata, adanya ilmu yang benar itu sangat penting.
Hal ketiga, mubaligh kita perlu memiliki kekuatan dan keberanian sedemikian rupa, sehingga dia dengan hati dan lisan yang mantap dapat mengungkapkan kebenaran dengan penuh keberanian tanpa ada ketakutan untuk para pencari kebenaran. Untuk berbicara yang benar, hatinya tidak bisa dipengaruhi dan digoda dengan iming-iming kekayaan atau kekuasaan.
Tiga hal ini apabila dapat terpenuhi, maka mubaligh jemaah kita akan dapat memberikan manfaat.
Keberanian adalah salah satu unsur yang akan memunculkan suatu daya tarik. Namun selain itu, untuk daya tarik ini dibutuhkan dua hal, tanpa itu daya tarik tidak akan terwujud. Dua hal itu adalah ilmu yang paripurna dan takwa. Ilmu tanpa takwa tidak akan memberikan faedah. Takwa tanpa ilmu tidak mungkin. Karena menurut sunatullah, ketika manusia memperoleh ilmu yang paripurna, maka dia akan malu bila melakukan perbuatan buruk, dia juga tidak akan suka dengan perbuatan buruk itu. Jadi mubaligh kita seharusnya memenuhi tiga hal itu. Mubaligh seperti itu kita butuhkan, karena kita sering menerima surat dari luar yang intinya minta jawaban untuk pertanyaan tertentu, atau menyampaikan kritikan yang perlu tanggapan. Apabila mubaligh kita memiliki ilmu yang benar, pengetahuan yang luas, dan membaca buku-buku kita dengan saksama, maka dia tidak akan mengalami kesulitan.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 5, hlm. 233-234).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar