Rabu, 18 Desember 2019

Kehidupan di Dunia



Manusia yang hanyut dan tenggelam dalam urusan duniawi, dalam dadanya terdapat semacam sentuhan api, seakan-akan dia terperangkap dalam musibah. Manusia yang tenang dan damai dalam kehidupan di dunia ini yaitu manusia yang terbebas dari kesulitan dan tegangan urusan duniawi.
Alkisah, ada seseorang yang bepergian dengan  menunggang kuda. Di jalan dia bertemu dengan seorang darwis. Penunggang kuda bertanya pada darwis, "Darwis, bagaimana keadaanmu?" Darwis menjawab, "Orang yang semua keinginannya telah terpenuhi, bagaimana keadaannya?" Penunggang kuda heran dengan jawaban darwis itu, lalu bertanya lagi, "Darwis, bagaimana kamu bisa mencapai semua keinginanmu?" Darwis menjawab, "Ketika saya meninggalkan atau melepaskan semua keinginan saya, maka seolah-olah saya mencapai semuanya." 
Pendek kata, ketika manusia selalu sibuk mengejar pencapaian semua keinginannya, maka dia menderita. Tetapi jika dia berusaha qana'ah dan melepaskan keinginan-keinginan itu, maka seakan-akan dia mendapatkan semuanya.
Kehidupan di dunia ini, bagaimanapun, akan berakhir. Karena umur kehidupan di dunia ini seperti sepotong es batu. Meski bagaimanapun kita menyimpannya, misalnya kita membungkus es itu dengan kain dan menyimpannya dalam kotak yang rapat, ia akan tetap mencair. Begitu pula, walau seperti apa pun program dan strategi dilaksanakan untuk mempertahankan kehidupan itu, tetapi pasti kehidupan itu akan berakhir. Jatah umur akan habis, dan setiap hari entah sedikit entah banyak tentu ada perubahan. 
Di dunia ini ada banyak dokter dan tabib, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang bisa menuliskan resep untuk mempertahankan dan melanggengkan umur kehidupan di dunia.
Karena berkeinginan mempunyai umur panjang, manusia terkadang terjerat dalam tipu daya nafsu. Misalnya, ketika seseorang ditanya berapa umurnya, dia menjawab 55 tahun, padahal waktu itu umurnya 65 tahun.
Kita perhatikan umur manusia. Setelah manusia berumur berumur 60 tahun, kekuatannya tentu saja mulai melemah. Sangat beruntung manusia yang bisa mencapai umur 80 atau 82 tahun, dan kekuatannya masih baik sampai batas tertentu. Sebaliknya, kebanyakan manusia dengan mencapai umur tersebut menjadi pikun. Mereka tidak dilibatkan lagi dalam musyawarah, dan tidak ada lagi cahaya pada akal mereka.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 5, hlm. 303-304).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar