Rabu, 18 Desember 2019

Memanfaatkan Umur dengan Bijaksana



Pahamilah, usia muda adalah anugerah. Suatu ironi bila ada pemuda atau pemudi yang hidup dengan malas. Dia tidak pernah ingat mati, dan selalu terlibat dalam perbuatan-perbuatan buruk. Akhirnya ketika dia insaf, sayang sekali waktu itu dia tidak mampu berbuat banyak.
Pada umur 30 tahun, 35 tahun sampai 40 tahun terjadi begitu banyak perkembangan pada kehidupan manusia, hingga mencapai puncaknya. Sesudah itu mulai ada penurunan, hingga menjadi tua yang terkadang akhirnya ada yang lumpuh.
Begitu banyak keinginan manusia dalam hidupnya. Sebagian keinginan terpenuhi, dan sebagian lainnya tidak terpenuhi. Bila diperhatikan dengan seksama, dapat diketahui bahwa keinginan-keinginan dalam kehidupan masa lalu itu seperti gelembung yang cepat musnah dan tidak ada lagi dalam genggaman tangan manusia. Mengingat-ingat kemudahan, kenyamanan dan kecukupan di masa lalu tidak ada faedahnya. Bahkan sebaliknya, dengan membayangkannya malah bertambah sedih. Oleh karena itu, orang yang bijaksana akan mencurahkan hidupnya sesuai masa sekarang.
Waktu usia tua itu tidak enak. Manusia yang mengalami usia tua seakan-akan kekuatannya mati sebelum datangnya kematian. Beberapa giginya sama tanggal, penglihatannya menjadi kabur, sampai bentuk tubuhnya pun menjadi rusak. Sebagian orang dalam usia tua menderita beberapa penyakit berat. Sebagian dari mereka terkadang ada yang ingin membebaskan diri dari berbagai penderitaan dan musibah sekaligus dengan bunuh diri. Dalam keadaan demikian kalau anak-anak mereka tidak baik (akhlaknya) tentu akan memperberat penderitaan mereka. Pada saat seperti itu kemudian beberapa orang menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan dan telah menghabiskan umur dengan sia-sia.
Orang cerdas dan bijaksana adalah orang yang senantiasa penuh perhatiannya pada Allah Ta'ala. Dia meyakini bahwa Allah Maha Esa dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun atu siapa pun.
Ribuan cobaan turun dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, ingatlah baik-baik, tidak ada yang bisa membebaskan manusia dari cobaan-cobaan itu, kecuali Allah. Dialah yang menanamkan cinta dalam hati ibu dan ayah. Seandainya Allah tidak menanamkan potensi cinta itu dalam hati mereka, maka mereka tidak akan bisa merawat anak-anak. Karena itu, janganlah menyekutukan Allah.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 5, hlm. 304-306).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar