Rabu, 18 Desember 2019

Kriteria Agama yang Benar



Mengenal agama yang benar itu penting, tidak hanya untuk zaman sekarang, tetapi untuk sepanjang zaman. Setidaknya ada dua kriteria agama yang benar. 
Pertama, suci ajarannya. Yakni ajarannya tidak bertentangan dengan akal dan hati nurani manusia. Karena dalam ajaran yang berasal dari Allah Ta'ala, tidak mungkin ada perkara yang kotor.
Kedua, agama itu berkaitan erat dengan rangkaian pendukung samawi, sehingga dengan lantaran agama itu manusia bisa mengenal Allah, menyaksikan semua sifat-Nya, dan kemudian selamat dari kehidupan berdosa.
Meskipun manusia masuk dalam agama yang benar, tetapi bila dia tidak memperoleh tanda-tanda, maka hal itu sia-sia. Ibarat sumber air yang terletak di tempat yang dikelilingi oleh gunung atau dinding, atau ia terletak di tempat semak berduri, sehingga seseorang tidak bisa menjangkau di sana. Maka sumber air seperti itu akan menjadi sia-sia bagi kita, selama tidak ada tanda-tanda bagi kita untuk bisa mencapainya.
Singkat kata, syarat wajib untuk agama yang benar adalah ada banyak cara atau penyebab yang bisa mewujudkan ma'rifatullah (pengenalan pada Allah) secara mantap.
Dalam agama yang benar seharusnya terdapat  cara dan sarana untuk menarik manusia ke arah Allah Ta'ala dan menumbuhkan keyakinan sempurna untuk bertemu dengan-Nya. Orang-orang di dunia menganggap bahwa mereka tidak mengingkari Tuhan. Tetapi dari perbuatan mereka tampak jelas bahwa mereka  mengingkari Tuhan. Aku berkali-kali menyebutkan dalam beberapa bukuku, jika manusia percaya sepenuhnya pada adanya Allah Ta'ala, maka dia tentu sama sekali tidak akan mendekati keburukan. Misalnya, apabila seseorang melihat dengan mata kepala sendiri ada ular yang masuk ke dalam sebuah lubang, maka dia tentu tidak akan pernah pergi mendekati lubang itu, dan dia tidak akan berani memasukkan tangannya ke dalamnya. Sama halnya, bila orang yakin ada binatang buas di dalam sebuah hutan, maka dia tidak akan masuk dalam hutan itu. Kemudian, orang  tidak akan memakan makanan yang diketahui mengandung racun.
Dari beberapa contoh itu terbukti bahwa manusia tidak akan mendekat dan melibatkan diri pada sesuatu yang dia anggap akan merusak dan merugikan dirinya.
Namun kenapa kadang kala orang merampas hak-hak orang lain? Misalnya, mengganggu, menerima suap, mencuri, berbuat jahat, dan tidak mengendalikan kemarahan. Saat tubuhnya masih kuat dia melakukan berbagai macam ketidakadilan dan keburukan. Baru setelah mencapai usia tua, dia meninggalkan semua perbuatan buruk dan dosa. Semua itu terjadi karena dia tidak beriman dan tidak yakin pada adanya Allah.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 5, hlm. 307-309).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar