Rabu, 02 Oktober 2019

Rahasia Umur Panjang



Setiap orang mendambakan umur panjang. Tetapi sangat sedikit orang yang memikirkan cara bagaimana agar umurnya bisa panjang. Mengenai hal ini, Quran Syarif menjelaskan:
وَاَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِى الاَرْضِ
"Adapun apa yang berguna bagi manusia, ia akan tetap tinggal di bumi." (Ar Ra'd, 13:17).
Yakni, Allah Ta'ala menjanjikan umur panjang bagi orang-orang yang memberikan manfaat kepada orang lain.
Ada dua sisi syariat, pertama beribadah kepada Allah Ta'ala dan kedua berbelaskasihan kepada sesama makhluk. Dalam ayat di atas diambil sisi kedua, karena ahli ibadah yang sempurna (kamil 'abid) adalah orang yang membawa manfaat untuk orang lain.
Pada sisi pertama terdapat taraf pertama, yaitu cinta pada Allah Ta'ala dan tauhid. Dalam mewujudkan cinta pada Allah dan tauhid pun ada kewajiban bagi manusia, agar membawa manfaat untuk orang lain. Caranya yang utama ialah selalu memberikan nasehat kepada umat manusia untuk mewujudkan cinta pada Allah Ta'ala dan menegakkan tauhid (keesaan)-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam ayat:
وَتَوَا صَوْا بِالْحَقِّ
"Dan saling memberi nasehat tentang kebenaran." (Al 'Ashr, 103:3).
Terkadang ada manusia yang dia sendiri mengerti suatu hal. Tetapi dia tidak bisa membuat orang lain mengerti hal itu. Untuk itu, hendaklah manusia berusaha memberikan pengertian dan memberikan manfaat kepada manusia lain. Berbelaskasihan pada sesama makhluk misalnya, berusaha dengan mendayagunakan akal untuk menemukan dan menyajikan jalan (cara) yang bermanfaat bagi orang lain, agar panjang umurnya.
Ada ayat lain (yang mengisyaratkan tentang panjang umur bagi ahli ibadah):
قُلْ مَا يَعْبَؤُا بِكُمْ رَبِّى لَوْ لَا دُعَآؤُكُمْ
"Katakanlah, Tuhanku tidak memperdulikan kamu sedikitpun, sekiranya bukan karena doa (ibadah) kamu." (Al Furqan, 25:77).
Ayat tersebut bisa juga diartikan, "Dia pasti peduli kepada ahli ibadah."
Keyakinan kami, orang yang telah mencapai pengenalan sempurna (kamil ma'rifat) pada Allah dan Rasul-Nya tidak pernah bisa diam. Dia mabuk dengan kenikmatan ma'rifat, dan berusaha untuk memberitahukan kenikmatan ma'rifat itu kepada orang lain.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 4, hlm. 166-167).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar