Minggu, 29 September 2019

Bertobat dan Berdoa sebelum Ada Musibah



Ada dua macam manusia. Pertama, manusia yang selalu dalam fitrah baik, yang pertama menerima hal-hal yang baik. Manusia seperti itu bijaksana dan cerdas, seperti Abu Bakar ra. Kedua, manusia yang bebal. Dia baru tersentak ketika ada sesuatu yang tiba-tiba menimpa padanya. Karena itu, aku katakan kepadamu. Sebelum turun murka Allah, berdoalah kepada-Nya agar kamu diberi perlindungan dan keselamatan. Ingatlah, doa dikabulkan apabila saat berdoa di dalam hati ada kesedihan dan ratapan. Dengan doa itu, musibah dan murka Ilahi akan terjauhkan. Tetapi tatkala musibah telah tiba, meskipun waktu itu kamu berdoa disertai dengan kesedihan dalam hati, kesedihan itu tentu tidak mengandung daya magnet (daya tarik) lagi untuk pengabulan doa. Pahamilah sungguh-sungguh, jika sebelum datang musibah, hatimu melunak dan kamu menangis, memohon pertolongan ke hadirat Allah Ta'ala untuk keselamatan kamu dan keluargamu, maka keluargamu dan anak-anakmu akan diselamatkan dari azab wabah. Jika kamu bertobat, tetapi kemudian kamu tetap berperilaku seperti orang-orang yang asyik dengan urusan duniawi, maka tobat itu tidak ada faedahnya. Bertobat (baiat) di tanganku memerlukan suatu kematian (hawa nafsu), agar kamu mengalami kelahiran lagi dalam kehidupan baru. Baiat, bila tidak dari hati, tidak akan ada buahnya. Allah Ta'ala menghendaki, ada pernyataan hati dalam berbaiat kepadaku, bukan hanya pernyataan lisan. Karena itu, barangsiapa dengan tulus hati menerima dan mempercayai aku, dan bertobat dengan sungguh-sungguh dari dosa-dosanya, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih. Semua dosanya tentu diampuni. Dia akan seperti bayi yang baru lahir dari rahim ibu dalam keadaan tidak berdosa. Kemudian para Malaikat menjaga dan melindunginya. Seandainya di suatu desa ada seorang hamba yang saleh seperti itu, maka demi hamba yang saleh itu dan dengan kemurahan-Nya, Allah Ta'ala akan menjaga dan melindungi seluruh desa dari kehancuran. Tetapi ketika kehancuran tiba, maka ia menimpa semuanya. Namun, Allah tetap menyelamatkan hamba-Nya yang saleh dengan cara apa pun. Demi seorang hamba yang saleh, orang lain pun diselamatkan, inilah sunatullah. Pendek kata, Allah Maha Penyayang. Tetapi orang zalim dan selalu melakukan kejahatan, akhirnya ditangkap oleh Allah dengan cara yang sangat buruk. Lihatlah, bagaimana kampung Nabi Luth as. dihancurkan.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 4, hlm. 134-135).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar