Rabu, 25 September 2019

Menghindari Dosa dan Dusta



Allah Ta'ala telah menjanjikan:
وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ
"Dan (Allah) menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang kafir sampai hari Kiamat. (Ali Imran, 3:55). 
(Ayat tersebut juga pernah diilhamkan berkali-kali kepada Mirza Ghulam Ahmad, pent.).
Aku tahu dengan pasti bahwa Allah akan membuat satu jemaah yang akan menang atas orang-orang yang ingkar hingga Kiamat. Namun hari-hari ini adalah hari cobaan dan hari kelemahan. Setiap orang diberi kesempatan agar memperbaiki diri dan melakukan perubahan keadaan dirinya. Lihatlah, tidak sedikit orang mencela orang lain, menyakiti hati, dan membuat derita orang lain dengan perkataan yang keras dan kasar. Menganggap hina orang yang lemah dan tak berdaya adalah berdosa. Sekarang di kalangan kamu telah terbangun satu persaudaraan baru. Allah Ta'ala telah menjadikan ini umat baru, yang meliputi orang kaya, miskin, anak-anak, pemuda dan orang tua. Maka kewajiban orang-orang miskin adalah menghargai dan menghormati saudara-saudara mereka yang terhormat. Kewajiban orang-orang kaya adalah membantu saudara-saudara mereka yang miskin, dan tidak menganggap mereka hina. Karena mereka sebagai saudara. Meskipun ayah kamu berbeda, tetapi akhirnya ayah ruhani kamu semua satu atau sama. Hal itu ibarat satu pohon dengan cabang yang banyak. Perbuatan buruk, perbuatan cabul, dan zina semuanya dosa. Namun perlu diperhatikan bahwa setan telah membentangkan perangkap ini. Tanpa rahmat Allah, tidak ada yang bisa selamat darinya. Manusia kadang-kadang berkata bohong. Misalnya, seorang atlet sebenarnya dapat melompat sejauh 4 meter. Kemudian, hanya untuk menyenangkan orang lain seseorang menerangkan bahwa atlet itu mampu melompat sejauh 16 meter. Setan telah menyebarkan keburukan jenis ini. Oleh karena itu, hendaklah lisan kamu di bawah kendali kamu. Hindarilah setiap macam perkataan yang tidak ada gunanya. Kebohongan menjadi hal yang lazim, yang tidak ada batasnya. Untuk memperindah penjelasannya, beberapa darwis, maulwi, pendongeng, ustaz atau mubalig, dengan tidak takut kepada Allah membubui perkataannya dengan kebohongan.
Quran Syarif menetapkan bahwa dusta atau kebohongan juga tergolong (termasuk) kotoran. Sebagaimana difirmankan oleh Allah:
فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْاَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوْا قَوْلَ الزُّوْرِ
"Maka jauhilah kotoran dari berhala, dan jauhilah perkataan dusta." (Al Hajj, 22:30).
Lihatlah, dalam ayat ini perkataan dusta terletak di hadapan (bergandengan dengan) berhala. Sebenarnya kebohongan pun merupakan berhala. Kalau tidak, mengapa manusia meninggalkan kebenaran dan pergi ke arah lain?
Kepercayaan orang lain terhadap orang yang berkata bohong menjadi berkurang. Sehingga walau dia berkata benar, orang lain tetap saja punya pikiran, jangan-jangan dalam perkataannya ada campuran kebohongan. Apabila orang yang berkata bohong ingin agar kebohongannya terus berkurang, kebohongan itu tidak mungkin menjauh dengan cepat. Perlu usaha keras sampai lama, sehingga akhirnya berkata benar (jujur) menjadi kebiasaannya. 
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 4, hlm. 204-205).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar