Kamis, 12 September 2019

Cobaan dan Doa



Quran Syarif menjelaskan dua sisi tentang doa. Dalam satu sisi, Allah Ta'ala ingin membuat manusia mengakui atau menerima-Nya. Dalam sisi yang lain, Dia ingin mengakui atau menerima para hamba (manusia). Allah berfirman:
وَلَنَبْلُوَنًّكُمْ بِشَىْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَ الْجُوْعِ وَ نَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَ الْاَنْفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ - وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
"Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sesuatu dari ketakutan dan kelaparan dan kehilangan harta dan jiwa dan buah-buahan. Dan berilah kabar baik kepada orang yang sabar." (Al Baqarah, 2:155).
Dalam firman Ilahi ini Allah menyampaikan hak-Nya, ingin pengakuan dari manusia. Penggunaan "nun tsaqilah" dalam ayat ini untuk menekankan atau meyakinkan. Maksudnya, apabila Allah akan memperlihatkan takdir mubram (takdir tetap, tidak dapat diubah), maka obatnya dengan sabar, ikhlas dan berserah diri dengan sepenuh hati pada kehendak Allah. Seperti dinyatakan dalam Quran:
اِنَّا لِلّٰهِ وَ اِنَّا اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
"Sesungguhnya kami ini kepunyaan Allah, dan kami akan kembali kepada-Nya." (Al Baqarah, 2:156).
Pada lain waktu Allah Ta'ala memperlihatkan gelombang karunia-Nya yang meluap. Seperti terungkap dengan firman-Nya:
اُدْعُوْنِىْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ
"Mohonlah kepada-Ku, Aku akan mengijabahi (permohonan) kamu." (Al Mu'min, 40:60).
Jadi, orang beriman seharusnya mengetahui sepenuhnya kedua keadaan (keadaan untuk mengakui hak Allah dan keadaan untuk mohon diakui haknya sebagai hamba Allah).
Singkatnya, untuk berdoa kita hendaklah mengingat pembagian (dua sisi) itu, yakni terkadang Allah ingin membuat manusia mengakui firman-Nya, dan terkadang Dia mengakui para hamba-Nya. Hal ini seakan-akan seperti masalah pertemanan.
Begitu banyak pengabulan doa yang diberikan kepada Nabi kita Muhammad saw. Sebagai imbangannya beliau pun menunjukkan keikhlasan yang sangat tinggi pada kehendak Allah. Seperti semua anak beliau wafat pada masa beliau masih hidup kecuali Fatimah, tetapi beliau tidak pernah mempertanyakan pada Allah Ta'ala, mengapa itu terjadi.
Beberapa orang datang kepada Allah hanya saat ada ujian atau cobaan. Karena mereka sama sekali tidak mengenal hakikat doa, maka mereka tidak dapat memperoleh manfaat darinya. Tetapi insan yang bijaksana yang mengenal hakikat doa, dia tentu memperoleh faedah. Sebenarnya, seandainya tidak ada doa, maka hamba  Allah akan mati gairahnya.
Saat Allah Ta'ala membuat orang beriman sedih, kecewa, dan tak berdaya dengan cobaan, hal itu tidak akan menghancurkan orang yang sabar, karena kesabaran itu ada buahnya.
Pendek kata, doa adalah kekayaan besar. Hendaklah manusia terus berdoa dengan sabar dan istikamah, sehingga tiba waktunya pengabulan doa.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 3, hlm. 93-94).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar