Rabu, 28 Agustus 2019

Tiga Macam Manusia yang Dihadapi Nabi



Tatkala para Nabi diangkat dan datang di dunia, manusia memperoleh hidayah dengan tiga cara. Hal ini disebabkan ada tiga macam manusia, yaitu manusia zalim, pertengahan  (muqtashid), dan paling depan dalam kebaikan  (saabiqun bil khoiroot) (35:32).
Manusia peringkat pertama adalah manusia yang paling depan dalam kebaikan. Dia tidak memerlukan dalil dan mukjizat, untuk bisa nenerima hidayah. Dia begitu bersih hatinya, sehingga dengan melihat wajah Utusan Allah dia langsung percaya dan mengakui kebenarannya. Akalnya sangat cerdas, dengan melihat penampilan lahiriah Nabi dan mendengarkan perkataannya lalu mempercayainya.
Manusia peringkat kedua adalah manusia pertengahan (muqtashid). Dia orang baik, tetapi dia membutuhkan dalil dan bukti untuk percaya (beriman).
Manusia peringkat ketiga adalah manusia zalim. Sifat dan tabiatnya sedikit tercela. Tanpa pukulan dan kekerasan dia tidak akan beriman.
Orang yang mengkritik bahwa Islam  disiarkan dengan paksaan atau kekerasan, dia benar-benar bohong. Karena peperangan Islami hanya untuk pembelaan dan pertahanan. Namun, benar dalam aturan-Nya Allah Ta'ala menentukan cara yang nampak secara lahiriah sebagai paksaan atau kekerasan untuk manusia peringkat ketiga, yakni manusia zalim. Pada masa setiap Nabi, ada suatu bentuk paksaan untuk petunjuk orang awam. Karena orang yang melihat dengan mata saja tidak dapat diperbandingkan dengan orang yang melihat dengan teleskop. Apabila kemampuan manusia berbeda-beda, maka satu cara untuk semua manusia tidak mungkin efektif.
Manusia yang benar-benar terpilih dan menjadi penerus Rasul Muhammad saw. adalah manusia yang paling depan dalam kebaikan (saabiqun bil khoiroot). Contohnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. Beliau tidak meminta mukjizat dan tanda bukti. Begitu mendengar dakwah Nabi Muhammad saw. beliau langsung beriman. Oleh karena itu, orang yang mengenal keadaan akhlak Utusan Allah, dia sama sekali tidak memerlukan mukjizat dan tanda bukti (untuk beriman padanya). Karena itu, Nabi Muhammad saw. mengingatkan:
فَقَدْ لَبِثْتُ فِيْكُمْ عُمُرًا مِّنْ قَبْلِهٖ- اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
"Sesungguhnya aku hidup di tengah-tengah kamu bertahun-tahun sebelumnya. Apakah kamu tak mengerti." (Yunus, 10:16).
Manusia yang paling depan dalam kebaikan mempunyai kemampuan bahwa dengan firasatnya yang benar dia bisa mengerti. Ketika Nabi Muhammad saw. pergi (hijrah) ke Madinah, banyak sekali orang datang untuk melihat beliau. Dari antara mereka, datang pula seorang Yahudi. Saat orang-orang bertanya padanya, maka dia berkata bahwa wajah ini (Nabi Muhammad saw.) bukan pendusta.
Manusia pertengahan (muqtashid) adalah manusia yang membutuhkan dalil dan mukjizat. Macam manusia ketiga, manusia zalim adalah manusia yang beriman dengan melalui kekerasan. Seperti pada zaman Nabi Musa as. Kehancuran kadang-kadang terjadi dengan wabah, atau kadang-kadang dengan gempa bumi, itu menjadi peringatan bagi orang-orang lain. Hal itu semacam paksaan atau kekerasan yang Allah Ta'ala tetapkan untuk  macam manusia ketiga.
(Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 3, hlm. 105-106).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar