Quran Syarif dimulai dengan Surat Al Fatihah. Surat tersebut diakhiri dengan ayat:
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْھِمْ وَلَا الضَّآلِّيْنَ
"Bukan (jalan) orang-orang yang terkena murka, dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat." (Al Fatihah, 1:7).
Apabila kita memperhatikan keyakinan umat Islam, ternyata fitnah Dajjal merupakan fitnah paling besar dalam Islam. Tidak mungkin Allah Ta'ala lupa menyebutkan fitnah yang begitu besar itu dalam Quran Syarif. Namun masalah sebenarnya orang-orang salah faham tentang pengertian Dajjal. Doa yang diajarkan dalam surat Al Fatihah, untuk menyelamatkan diri dari dua fitnah.
Pertama, fitnah orang-orang yang terkena murka (al-maghdhuubi 'alaihim), maksudnya fitnah Yahudi. Dari hal ini dapat diketahui bahwa pada umat Muhammad saw. pun akan datang satu waktu, saat terjadi kesamaan atau kemiripan mereka dengan kaum Yahudi. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan dari hal itu diajarkan doa ini. Zaman yang di dalamnya terjadi kemiripan umat Muhammad saw. dengan kaum Yahudi, sama dengan zaman munculnya Masih Mau'ud. Yakni, sebagaimana pada kaum Yahudi sebelumnya diberi (didatangkan) seorang Masih (Nabi Isa al-Masih as.). Begitu pula pada kaum seperti Yahudi (Yahudi matsil) juga akan diberi (didatangkan) seorang Masih (Masih Mau'ud). Sebagaimana kaum Yahudi memberi fatwa kafir dan menimpakan berbagai kesulitan pada Masih pertama (Nabi Isa as.). Demikian pula kaum mirip Yahudi juga memberikan fatwa kafir dan melancarkan penolakan dengan gencar pada seorang mirip Masih (Masih Mau'ud). Seolah-olah dalam doa "ghoiril maghduubi 'alaihim" diajarkan agar kita selamat dari keadaan seperti kaum Yahudi, dan selamat dari perbuatan memfitnah serta mengafirkan Masih Mau'ud.
Fitnah besar kedua yang disebutkan dalam surat Al Fatihah, dan yang padanya surat ini diakhiri, adalah fitnah Nasrani. Seperti dinyatakan dalam penggalan ayat "waladh dhoolliin" (dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat).
(Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 3, hlm. 94-95).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar