Rabu, 07 Agustus 2019

Jadilah seperti Nabi Ibrahim as.!



Untuk membangun fondasi tauhid (keyakinan pada keesaan Allah), orang perlu menjalin cinta sepenuhnya dengan Allah Ta'ala. Cinta ini tidak mungkin terbukti selama dalam bagian praktek atau perbuatannya tidak sempurna. Hanya dengan ucapan tidak akan ditemukan bukti. Misalnya, seseorang yang hanya menyebut-nyebut permen, tidak akan merasakan bukti manisnya permen itu. Atau jika ada seseorang secara lisan mengaku menjadi sahabat kamu, tetapi ketika kamu mengalami musibah dan kesulitan, dia menghindari untuk menolongmu, maka dia tidak bisa ditetapkan sebagai sahabat.
Begitu pula jika tauhid Allah hanya dalam pernyataan lisan, dan bersama itu cinta pun hanya berwujud pernyataan lisan, maka hal itu tidak ada faedahnya. Sebaliknya, sebagai pengganti pernyataan secara lisan sangat dibutuhkan tindakan atau perbuatan. Hal ini bukanlah bermaksud bahwa pernyataan lisan tidak ada artinya sama sekali. Maksudnya, bersama pernyataan lisan perlu penguatan dengan tindakan atau perbuatan. Oleh sebab itu, wakafkanlah kehidupanmu di jalan Allah! Inilah Islam (muslim) hakiki, dan untuk inilah tujuan aku diutus. Maka barangsiapa yang tidak mendekati mata air (Islam) yang telah Allah Ta'ala luncurkan, sesungguhnya dia termasuk orang yang malang. Pencari kebenaran, jika ingin mencapai tujuan, hendaklah melangkah maju menuju sumber air itu, dan memperhatikan batas-batas mata air yang mengalir itu. Hal ini tidak mungkin, selama dia tidak melepaskan jubah ketidakkenalan (Allah), tidak bersujud di hadapan Allah, dan tidak berjanji bahwa dia tidak akan meninggalkan Allah walaupun kehilangan kehormatan dunia dan tertimpa musibah besar. Dia siap mengorbankan segala sesuatu di jalan-Nya.
Nabi Ibrahim as. adalah insan yang sangat ikhlas. Beliau siap mengurbankan anak laki-laki beliau (Ismail as.) untuk keridhaan Allah. Tujuan Islam juga menciptakan 'Ibrahim' yang banyak. Oleh karena itu, kamu masing-masing hendaklah berusaha menjadi 'Ibrahim'. Aku tekankan kepadamu, "Jangan menjadi pemuja wali, tapi jadilah wali. Jangan menjadi pemuja pembimbing rohani, tapi jadilah pembimbing rohani." Datanglah kamu melalui jalan ini (jalan Islam atau penyerahan diri sepenuhnya pada Allah). Memang ia jalan yang sempit, tetapi dengan masuk melalui jalan ini, kamu menemukan kesenangan dan ketenangan. Kamu akan terpaksa melewati pintu itu dengan bingung, tapi hal ini tidak dapat dihindari. Jika kamu menginginkan harta kekayaan yang sangat banyak, maka akan sulit sekali bila kamu ingin melewati pintu itu. Karenanya, kurbankanlah harta kekayaan yang  membuat kamu terpaku pada dunia, dan yang mempengaruhi kamu untuk menjunjung dunia melebihi agama. Jemaah kami bila ingin meraih ridha Allah hendaklah mengurbankan harta kekayaan secepatnya. Ingatlah, apabila dalam dirimu tidak ada keikhlasan, maka kamu akan dianggap dusta, dan tidak bisa menjadi tulus di hadapan Allah Ta'ala.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 3, hlm. 72-73).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar