Dengan memperhatikan sunatullah, dapat diketahui bahwa menurut fitrah manusia perlu ada hukuman untuk kejahatan. Berdasarkan fitrah itu Quran Syarif menyatakan:
وَلَكُمْ فِى الْقِصَاصِ حَيٰوةٌ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
"Dan dalam hukuman kisas, kamu memperoleh kehidupan, wahai orang yang berakal." (Al Baqarah, 2:179).
Untuk menegakkan kehidupan sosial perlu sekali adanya hukuman pembalasan (kisas). Bila perbuatan tidak ada hasil atau akibat, perbuatan itu akan menjadi apa? Lalu, apa maksud dan tujuannya? Pendek kata, hukuman yang diberikan di dunia adalah bayangan hukuman utama yang akan diberikan di akhirat, dan tujuannya hanyalah sebagai peringatan. Tujuan hukuman di akhirat lain lagi dan ia jauh lebih tinggi. Di akhirat orang akan melihat refleksi firman Ilahi berikut:
مَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرَّا يَّرَهُ
"Barangsiapa berbuat keburukan seberat atom, dia akan melihatnya." (Al Zilzal, 99:8).
Di akhirat manusia akan mendapatkan hukuman atau siksaan untuk dosa-dosa dan perbuatan buruknya yang sangat rahasia sekalipun. Ada perbedaan besar hukuman di dunia dengan hukuman di akhirat. Hukuman dunia untuk menegakkan keamanan dan memberi peringatan. Sedangkan hukuman akhirat adalah hasil akhir perbuatan (buruk) manusia. Karena manusia telah makan racun dosa, maka dia tentu ditetapkan akan memperoleh hukuman. Tidak mungkin tanpa penangkal racun dia bisa selamat dari pengaruh racun itu. Dalam hukuman akhir terkandung kebenaran filosofis. Agama apapun kecuali Islam tidak dapat menjelaskan secara lengkap. Allah Ta'ala berfirman dalam Quran Syarif:
مَنْ كَانَ فِی ھٰذِهٖٓ اَعْمٰی فَھُوَ فِی الْاٰخِرَةِ اَعْمٰی وَاَضَلُّ سَبِيْلاً
"Barangsiapa buta di dunia ini, dia juga akan buta di akhirat, dan dia lebih tersesat dari jalan." (Bani Israil, 17:72).
Dari firman Ilahi ini dapat diketahui dengan jelas bahwa dari dunia ini manusia membawa mata untuk melihat Allah Ta'ala dan indra untuk mengetahui-Nya. Barangsiapa yang tidak memperoleh indra itu di dunia ini, dia tidak akan dapat mengambil manfaat dari indra itu di akhirat. Ini rahasia sangat halus, yang orang awam tidak bisa mengerti.
Intinya, pengenalan pada Allah Ta'ala dengan tanpa kesalahan dan pencapaian pengetahuan yang benar tentang sifat-sifat-Nya di dunia ini, adalah kunci semua kebahagiaan dan penerangan di akhirat. Ayat ini mengisyaratkan dengan jelas bahwa dari dunia ini kita membawa azab. Perbuatan-perbuatan kotor di dunia ini akan muncul dalam bentuk azab (siksa) Jahannam di akhirat, dan itu bukanlah perkara baru. Sebagaimana seseorang dengan menutup pintu rumahnya, dia tidak memperoleh cahaya dan udara segar yang memberi kehidupan. Dengan makan suatu jenis racun, habislah kehidupannya. Begitu juga bila orang berpaling dari Allah Ta'ala dan melakukan perbuatan dosa, maka dia masuk dalam kegelapan dan tertimpa azab.
(Manzur Ilahi/Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 2, hlm. 380).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar