Islam adalah kenikmatan besar. Hargailah dan sukurilah ia. Inti Islam adalah ketaatan yang tulus dan sempurna. Muslim adalah orang yang menyerahkan seluruh wujud dirinya ke hadirat Allah Ta'ala, tanpa mengharapkan pembalasan.
مَنْ اَسْلَمَ وَجْھَهًُ لِلّٰهِ وَھُوَ مُحْسِنًٌ
"Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik." (Al Baqarah, 2:112).
Yakni, muslim adalah orang yang mewakafkan seluruh wujud dirinya dan mempercayakan dirinya kepada Allah Ta'ala, untuk memperoleh ridha-Nya. Dalam hal iman dan amal, tujuannya adalah ridha Allah Ta'ala. Semua kebaikan dan amal baik yang dia lakukan, tidak dengan jalan yang sulit dan susah payah. Sebaliknya pada mereka ada daya tarik kenikmatan, yang setiap kesulitan dan penderitaan berganti dengan kemudahan dan kegembiraan. Muslim sejati mencintai Allah Ta'ala. Dia mengerti dan meyakini bahwa Allah adalah Tuhan, pencipta, penyokong dan penolongnya. Oleh karenanya, dia bersujud di hadapan- Nya. Seandainya kepada seorang muslim sejati dikatakan bahwa dia tidak akan medapatkan balasan untuk semua amalnya, tidak ada Surga dan Neraka, tidak ada ketenangan dan kenikmatan, tetaplah dia tidak bisa sama sekali meninggalkan amal saleh dan cinta Ilahi. Karena ibadahnya, hubungannya dengan Allah Ta'ala, dan kesenangannya dalam ketaatan bukan dengan dasar dan harapan untuk mendapatkan ganjaran. Sebaliknya, dia mengerti bahwa hakekatnya dia diciptakan untuk mengenal Allah Ta'ala, mencintai dan menaati-Nya, dan tidak ada tujuan lain selain itu. Oleh karena itu, dia keluarkan semua kekuatan pemberian Tuhan untuk tujuan itu. Maka kelihatan padanya wajah Kekasih sejatinya, dan tidak kelihatan padanya Surga-Neraka, siksa-ganjaran.
Aku katakan sebenar-benarnya, seandainya aku diyakinkan bahwa dengan mencintai Allah Ta'ala dan menaati-Nya, aku akan diberi hukuman seberat-beratnya, maka dengan bersumpah aku katakan bahwa fitrahku siap menanggung semua kesulitan dan penderitaan itu dengan semangat cinta.
Seperti jika ada raja yang mengumumkan, apabila ada seorang ibu tidak akan menyusui bayinya, raja akan senang dengannya dan akan memberikan hadiah. Tetapi sampai sekarang seorang ibu tidak bisa tega menghancurkan bayinya demi keinginan dan kerakusan untuk mendapatkan hadiah. Begitu pula seorang muslim sejati, dia menganggap bahwa keluar atau menyimpang dari hukum-hukum Allah Ta'ala adalah penyebab kehancuran dirinya. Pendiriannya tidak berubah walau dengan ketidaktaatan itu dijanjikan fasilitas kenyamanan yang sangat besar. Jadi untuk menjadi muslim sejati sangat diperlukan fitrah yang dalam kecintaan dan ketaatan kepada Allah Ta'ala bukan berdasarkan pada harapan untuk mendapat ganjaran dan ketakutan terhadap hukuman, melainkan sebagai bagian fitrah itu. Kecintaan seperti itu bagi seorang mukmin sendiri melahirkan Surga, dan inilah Surga hakiki manusia. Manusia tidak mungkin bisa masuk dalam Surga ini, selama dia tidak berikhtiar pada jalan itu.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 3, hlm. 66-67).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar