Rabu, 05 Juni 2019

Gunakan Segenap Kekuatan Sebelum Berdoa!



Dalam ayat اِھْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ juga mengandung isyarat tentang doa agar ditunjukkan jalan istikamah, jalannya orang-orang yang telah Allah beri kenikmatan. Dengan keterangan 'jalan orang-orang yang telah Allah beri kenikmatan' secara khusus mempunyai maksud bahwa ada bermacam-macam jalan istikamah, tetapi istikamah yang merupakan jalan untuk kesuksesan adalah jalannya para nabi. Di sini diketahui ada satu isyarat lagi bahwa اِھْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ mengandung doa dengan lisan, hati, dan dikuatkan dengan perbuatan. Ketika manusia berdoa kepada Allah Ta'ala untuk menjadi baik,  dia seharusnya malu bila perbuatannya tidak sesuai dengan doanya. 
"Iyyaaka na'budu" (kepada-Mu kami beribadah)  lebih didahulukan daripada "iyyaaka nasta'iin" (kepada-Mu kami mohon pertolongan), karena manusia pada waktu berdoa seharusnya lebih dulu menggunakan semua kekuatannya dan kemudian baru datang ke hadirat Allah Ta'ala untuk berdoa. Orang yang datang ke hadapan Allah Ta'ala untuk berdoa, tapi sebelumnya dia tidak menggunakan kekuatannya dan tidak memanfaatkan prinsip-prinsip hukum alam, berarti dia tidak sopan dan sombong terhadap Allah. Misalnya, jika seorang petani sebelum melakukan penyebaran benih sudah berdoa, "Ya Allah, suburkanlah tanaman ini dan berikanlah hasil yang berlimpah", doa ini merupakan kelakar dan kelancangan terhadap Allah Ta'ala. Dengan demikian, dia menguji Allah, ini perbuatan yang dilarang. Barangsiapa berdoa tapi tidak berikhtiar dengan perbuatannya, hakekatnya dia tidak berdoa, melainkan menguji Allah Ta'ala. Oleh karena itu kita wajib mempergunakan segenap kekuatan sebelum berdoa. Inilah makna doa. Manusia pertama-tama wajib memperhatikan iman dan amalnya. Karena telah menjadi kebiasaan Allah Ta'ala bahwa perbaikan dilakukan dengan penyebab atau lantaran. Dia tentu mengadakan penyebab yang membuat perbaikan manusia. Hendaklah diberikan perhatian khusus pada orang yang menyatakan bahwa apabila ada doa, lalu apa perlunya penyebab? Orang yang tidak tahu, berpikirlah bahwa doa itu sendiri adalah penyebab yang tersembunyi yang melahirkan penyebab-penyebab yang lain. Lihatlah, untuk memuaskan kehausan tersedia air, dan untuk menghapuskan kelaparan tersedia makanan. Tetapi hilangnya haus dan lapar tetap membutuhkan penyebab, misalnya tindakan minum dan makan. Demikianlah rangkaian penyebab ini berjalan, dan setiap penciptaan atau kejadian membutuhkan penyebab atau lantaran. Kamu dapat menyaksikan, selama manusia tidak menggunakan dan memanfaatkan kekuatannya, dia tidak bisa maju dan meningkat. Apabila mata ditutup selama empat puluh hari, maka daya lihatnya akan menjadi lemah. Jadi hal yang penting adalah, pertama-tama kita hendaklah menggunakan kekuatan kita untuk perbuatan-perbuatan yang fitri, untuk itu akan diatur ganjarannya. Semakin banyak kita menggunakan kekuatan untuk beramal, semakin banyak pula berkah Allah yang akan turun. Maksudnya, awalnya hendaklah kita memperbaiki iman, akhlak, dan amal kita, kemudian baru memanjatkan doa "Ihdinash shiroothol mustaqiim", insya Allah pengaruhnya akan nampak dengan sempurna. (Disarikan dari Manzur Ilahi/Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 2, hlm. 99-101).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar