Rabu, 17 April 2019

Induk Doa (Ummul Ad'iyah)



Jalan terbuka (untuk mencapai kesempurnaan insani dan posisi wali), seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
اِھْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
"Pimpinlah kami pada jalan yang benar." (Al-Fatihah, 1:5).
Allah Ta'ala tidak mungkin mengajarkan induk doa ini kepada kita, tanpa menyiapkan perlengkapan untuk memenuhinya. Di mana Allah mengajarkan doa, di situ Dia juga menyediakan perlengkapan atau persiapan untuk memenuhinya.
Di dalam surat selanjutnya (surat Al Baqarah), terdapat isyarat tentang terkabulnya doa tersebut. Dalam surat itu Allah berfirman:
ذٰالِكَ الْكِتٰبُ لَارَيْبَ فِيْهِ ھُدً لِلْمُتَّقِيْنَ
"Kitab ini, tidak ada keragu-raguan di dalamnya, adalah petunjuk bagi orang yang bertakwa (orang yang memenuhi kewajiban dan menjaga diri dari kejahatan." (Al Baqarah, 2:2).
Doa (dalam surat Al-Fatihah, ayat 5) ini seakan-akan merupakan doa yang perlengkapan untuk pemenuhannya telah disiapkan sebelumnya. Ringkasnya, kekuatan (untuk takwa) yang telah diberikan pada manusia, bila dimanfaatkan maka dia tentu bisa menjadi wali. Hal yang tidak dapat disangkal bahwa dalam umat ini datang orang yang mempunyai kekuatan besar, yang pribadinya penuh dengan cahaya, kebenaran dan ketulusan. Oleh karena itu, janganlah ada orang yang menganggap dirinya tidak mendapat kekuatan (untuk takwa) itu. Apakah Allah Ta'ala mengeluarkan suatu daftar yang dengannya dapat diketahui bahwa kita tidak akan mendapatkan bagian dari berkah-berkah itu? Allah Ta'ala Maha Pemurah. Kemurahan-Nya seperti samudra yang sangat dalam, yang tidak mungkin pernah habis. Orang yang mencari kemurahan Allah tidak akan tertolak. Oleh sebab itu kamu hendaklah bangun pada waktu malam, berdoalah dan carilah karunia-Nya. Dalam setiap salat ada kesempatan untuk berdoa, pada waktu rukuk, berdiri, duduk, sujud, dsb. Kemudian dalam sehari-semalam dilaksanakan salat lima kali, Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya. Selain itu dapat ditingkatkan atau ditambah dengan salat Isyroq dan Tahajud. Ini semua kesempatan untuk berdoa. Maksud utama dan inti salat adalah doa. Berdoa kepada Allah Ta'ala sungguh sesuai dengan sunatullah. Misalnya, kita pada umumnya melihat tatkala anak menangis terisak-isak dan menunjukkan kegelisahan, maka ibu dengan tidak sabar segera memberi susu padanya. Ada semacam hubungan antara Tuhan dengan hamba, yang tidak setiap orang bisa mengerti. Tatkala manusia datang bersimpuh di hadapan Allah Ta'ala, dengan khusyuk dan khuduk mengutarakan keadaannya, dan memohon apa yang menjadi kebutuhannya, maka meluaplah kemurahan Allah, dan dia diberi rahmat oleh-Nya. Untuk 'susu' rahmat Allah pun diperlukan tangisan. Oleh karenanya, hendaklah kita menunjukkan mata yang meneteskan air mata  di hadapan Allah. Sebagian orang menganggap bahwa dengan menangis di hadapan Allah Ta'ala tidak akan mendapatkan apa-apa. Anggapan itu salah sama sekali. Orang yang beranggapan demikian tidak beriman pada keberadaan Allah Ta'ala dan sifat Maha Kuasa-Nya. Seandainya mereka mempunyai iman yang hakiki, mereka tidak akan berani mengatakan seperti itu. Apabila manusia datang kembali ke hadirat Allah Ta'ala, dan dia kembali dengan tobat yang sebenarnya, Allah senantiasa akan memberikan rahmat padanya. (Disarikan dari Manzur Ilahi/Malfuzat Ahmadiyyah jld. 2, hlm. 159-160).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar