Rabu, 27 Februari 2019

Ada Kenikmatan dalam Ibadah Salat



Salat adalah doa khusus. Namun sebagian orang menganggapnya seperti pajak pada raja. Orang-orang yang tidak berpengetahuan itu tidak mengerti, mengapa Allah Yang Maha Kaya mewajibkan manusia untuk salat, sibuk dalam doa, tasbih dan tahlil. Hal itu untuk memberikan manfaat pada manusia itu sendiri. Dengan cara itu keinginan dan tujuannya bisa tercapai.
Orang sakit tidak dapat merasakan nikmatnya makanan lezat, bahkan dia menganggapnya pahit atau benar-benar hambar. Begitu pula orang yang tidak merasakan kenikmatan dalam beribadah kepada Allah, dia hendaklah memikirkan tentang penyakitnya. Karena di dunia ini tidak ada sesuatu yang Allah tidak menaruh kenikmatan atau rasa khas di dalamnya.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mengabdi (beribadah) kepada-Ku." (Adz Dzariyat, 51:56).
Bila manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah, tentu dalam ibadah itu ada kenikmatan yang besar sekali. Namun, seharusnya ada juga perasa kenikmatan itu.
Dari kesaksian dan pengalaman sehari-hari kita bisa mengerti. Misalnya, jagung dan segala sesuatu yang bisa dimakan dan diminum diciptakan untuk manusia. Apakah dari benda-benda tersebut tidak ditemukan rasa dan kenikmatan? Apakah untuk merasakan dan menikmati mereka dalam mulut manusia tidak ada lidah? Apakah dengan melihat hal-hal yang indah pada tumbuh-tumbuhan, benda mati, binatang, atau manusia tidak didapatkan kenikmatan atau kesenangan? Kemudian, apakah ada dalil yang membuktikan bahwa tidak ada kelezatan dalam ibadah?
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan di antara tanda-tanda-Nya ialah, Dia menciptakan untukmu (orang laki-laki) jodoh dari jenismu (orang perempuan), agar kamu menemukan ketenteraman padanya, dan Dia menjadikan di antara kamu rasa cinta dan kasih sayang." (Ar Rum, 30:21).
Menurut firman Ilahi ini, tidak ada paksaan dalam hubungan perempuan dengan laki-laki. Sebaliknya, ada kenikmatan dalam hubungan mereka. Jika tujuan utama hubungan (bersebadan) mereka hanya untuk memperoleh anak atau keturunan, maka tujuan itu mungkin tidak terpenuhi. Mereka melakukan hubungan karena dalam hubungan itu juga ada kenikmatan. Kenikmatan ini bisa memuncak, sehingga sebagian orang yang tidak bijaksana tidak peduli dan tidak memikirkan anak. Tetapi keinginan dan tujuan mereka hanyalah untuk merasakan kenikmatan.
Tujuan utama Allah Ta'ala adalah menciptakan hamba-hamba (manusia). Untuk tujuan itu Dia menegakkan hubungan perempuan dengan laki-laki. Diisyaratkan, dalam hubungan itu terdapat kenikmatan yang menjadi tujuan utama kebanyakan orang yang tidak tahu.
Ketahuilah bahwa dalam ibadah terkandung kenikmatan yang lebih tinggi daripada semua kenikmatan dunia. Seperti halnya orang sakit terhalang dari kenikmatan makanan lezat, begitu pula orang yang malang tidak bisa merasakan kelezatan dalam beribadah kepada  Allah.
Hubungan perempuan dengan laki-laki adalah hubungan yang sementara dan tidak kekal. Hubungan yang hakiki, abadi, menyenangkan dan kuat adalah hubungan manusia dengan Allah Ta'ala. (Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jilid 1, hlm. 25-27).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar