Senin, 06 Juni 2016

Sentuhan Rohani (4)

Simpati kepada Sesama Manusia

Ingatlah tiga macam simpati! Pertama, simpati dengan jasmani. Kedua, simpati dengan harta. Ketiga, simpati dengan doa, yang tidak perlu mengeluarkan harta dan menggunakan kekuatan, dan faedahnya sangat luas. Manusia bisa menunjukkan simpati dengan jasmani, selagi dalam dirinya masih ada kekuatan. Misalnya, jika seorang miskin yang lemah dan terluka terjatuh di suatu tempat, kapan seseorang yang dia sendiri tidak punya kekuatan bisa bangkit dan menolongnya? Demikian juga, jika ada orang  yang tak berteman, tak berdaya, dan tanpa sarana bingung kelaparan, selama kamu sendiri tidak punya harta, bagaimana kamu akan bisa bersimpati dengan harta padanya? Simpati dengan doa adalah satu simpati yang tidak memerlukan harta dan tidak membutuhkan kekuatan. Sebaliknya, selama manusia tetap manusia, dia bisa berdoa untuk orang lain, dan memberikan manfaat padanya. Faedah simpati dengan doa itu amat luas. Jikalau manusia tidak menggunakan simpati ini, maka mengertilah berarti dia sangat malang.

Saya katakan, dalam simpati dengan harta dan jasmani, manusia menjadi tertekan atau terpaksa. Akan tetapi dalam simpati dengan doa tidak menjadi tertekan. Dalam berdoa, musuh pun jangan dikecualikan untuk didoakan, inilah (ajaran) agama saya. Semakin luas jangkauan doa, akan semakin banyak faedah yang diperoleh oleh orang yang berdoa. Semakin pelit seseorang  dalam berdoa, akan menjadi semakin jauh dia dari kedekatan Allah Ta’ala. Pada dasarnya anugerah Allah Ta’ala sangat luas. Orang yang membatasinya, berarti lemah imannya.

Satu faedah besar mendoakan orang lain adalah diberi umur panjang. Allah Ta’ala telah berjanji dalam Quran syarif, orang yang memberikan manfaat pada orang lain dan keberadaan dirinya bermanfaat, umurnya akan dipanjangkan. Allah berfirman:
“Adapun apa yang berguna bagi manusia, ini akan tinggal di bumi.” (Q.S. Ar-Ra’d, 13:17).
Karena macam simpati yang lain terbatas, maka amal jariah dengan doalah yang dapat ditetapkan  sebagai amal jariah secara khusus. Jika manfaat kebaikan itu banyak sekali, maka kita dapat memperoleh sebanyak-banyaknya kebaikan dengan doa. Sungguh benar, orang yang menjadi penyebab kebaikan di dunia, umurnya menjadi panjang. Sedangkan orang yang menjadi penyebab keburukan, dia cepat diambil. Pendek kata, manusia seharusnya selalu berpikir untuk menjadi sebaik-baik manusia, yaitu manusia yang memberikan manfaat besar bagi sesama manusia, dan selalu belajar.  

Sebagaimana dalam kedokteran, akal digunakan. Demikian juga dalam pemberian manfaat dan kebaikan, akal juga digunakan. Orang setiap waktu perlu selalu memperhatikan dan memikirkan, dengan cara apa  dapat memberikan manfaat pada orang lain.
Sebagian orang biasanya merasa jengkel dengan melihat peminta atau pengemis. Jika pengemis itu ada di hadapan maulwi (kyai atau ustad), maulwi malah menjelaskan dan memperingatkan masalah meminta daripada memberi sesuatu padanya. Dia mempertontonkan gengsi kemaulwiannya.
Sayang sekali, orang-orang itu tidak punya kekuatan pikir untuk berpikir, seperti yang dipunyai manusia yang baik hatinya dan sehat fitrahnya. Mereka tidak berpikir panjang, jika pengemis itu suka meminta-minta kendatipun  sehat, maka dia sendiri berdosa. Sedangkan memberi sesuatu padanya tentu tidak berdosa. Disebutkan dalam hadis syarif intinya,  peminta datang dengan tunggangan, maka hendaklah diberi. Dalam Quran syarif ada perintah Allah:    
“Dan terhadap penanya (peminta), janganlah engkau bentak-bentak.” (Q.S. Adl-Dluha, 93:10).
Dalam ayat ini tidak ada penegasan bahwa peminta tertentu tidak boleh dibentak, dan peminta lainnnya boleh dibentak. Maka ingatlah, terhadap peminta (pengemis), jangan kalian bentak! Karena itu semacam menebar benih akhlak buruk. Akhlak menghendaki agar kalian jangan cepat marah pada pengemis. Marah adalah keinginan setan, agar dengan cara ini kalian terhalang dari kebaikan, dan menjadi waris keburukan. Renungkan, dengan melakukan satu kebaikan, lahirlah kebaikan yang lain. Begitu pula, satu keburukan menjadi penyebab keburukan lainnya. Suatu benda memikat benda lainnya, seperti  itulah Allah Ta’ala menempatkan masalah daya tarik ini dalam setiap perbuatan. Ketika kalian memperlakukan pengemis  dengan halus, dengan cara ini berarti kalian  memberi sedekah akhlak; maka kesukaran akan jauh, kebaikan lainnya pun akan terjadi, dan kalian akan memberikan sesuatu padanya. Akhlak adalah kunci kebaikan-kebaikan lainnya. Barangsiapa tidak memperbaiki akhlaknya, dia secara berangsur-angsur akan lalai. Keyakinan saya, segala sesuatu di dunia ini ada gunanya. Racun dan kotoran juga berguna. Namun manusia yang tidak mempunyai akhlak luhur dan tidak bisa memberikan manfaat, dia lebih buruk daripada hewan mati. Hewan mati kulit dan tulangnya berguna, manusia kulitnya tak berguna. Inilah kedudukan seperti yang ditegaskan dalam Quran, “Mereka tiada lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih tersesat dari jalan.” (Q.S. Al-Furqan, 25:44).
Jadi, ingatlah bahwa reformasi akhlak hal yang sangat penting, karena induk kebaikan adalah akhlak.


(Diterjemahkan dari: Malfuzat Ahmadiyyah, jilid 1, hlm. 96-98) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar