Simpati kepada Sesama Manusia
Ingatlah tiga macam simpati! Pertama, simpati dengan
jasmani. Kedua, simpati dengan harta. Ketiga, simpati dengan doa, yang tidak
perlu mengeluarkan harta dan menggunakan kekuatan, dan faedahnya sangat luas.
Manusia bisa menunjukkan simpati dengan jasmani, selagi dalam dirinya masih ada
kekuatan. Misalnya, jika seorang miskin yang lemah dan terluka terjatuh di suatu
tempat, kapan seseorang yang dia sendiri tidak punya kekuatan bisa bangkit dan
menolongnya? Demikian juga, jika ada orang yang tak berteman, tak berdaya, dan tanpa
sarana bingung kelaparan, selama kamu sendiri tidak punya harta, bagaimana kamu
akan bisa bersimpati dengan harta padanya? Simpati dengan doa adalah satu
simpati yang tidak memerlukan harta dan tidak membutuhkan kekuatan. Sebaliknya,
selama manusia tetap manusia, dia bisa berdoa untuk orang lain, dan memberikan
manfaat padanya. Faedah simpati dengan doa itu amat luas. Jikalau manusia tidak
menggunakan simpati ini, maka mengertilah berarti dia sangat malang.
Saya katakan, dalam simpati dengan harta dan jasmani,
manusia menjadi tertekan atau terpaksa. Akan tetapi dalam simpati dengan doa
tidak menjadi tertekan. Dalam berdoa, musuh pun jangan dikecualikan untuk
didoakan, inilah (ajaran) agama saya. Semakin luas jangkauan doa, akan semakin
banyak faedah yang diperoleh oleh orang yang berdoa. Semakin pelit
seseorang dalam berdoa, akan menjadi
semakin jauh dia dari kedekatan Allah Ta’ala. Pada dasarnya anugerah Allah
Ta’ala sangat luas. Orang yang membatasinya, berarti lemah imannya.
Satu faedah besar mendoakan orang lain adalah diberi
umur panjang. Allah Ta’ala telah berjanji dalam Quran syarif, orang yang
memberikan manfaat pada orang lain dan keberadaan dirinya bermanfaat, umurnya
akan dipanjangkan. Allah berfirman:
“Adapun apa yang berguna bagi manusia, ini akan
tinggal di bumi.” (Q.S. Ar-Ra’d, 13:17).
Karena macam simpati yang lain terbatas, maka amal
jariah dengan doalah yang dapat ditetapkan sebagai amal jariah secara khusus. Jika
manfaat kebaikan itu banyak sekali, maka kita dapat memperoleh
sebanyak-banyaknya kebaikan dengan doa. Sungguh benar, orang yang menjadi
penyebab kebaikan di dunia, umurnya menjadi panjang. Sedangkan orang yang
menjadi penyebab keburukan, dia cepat diambil. Pendek kata, manusia seharusnya
selalu berpikir untuk menjadi sebaik-baik manusia, yaitu manusia yang
memberikan manfaat besar bagi sesama manusia, dan selalu belajar.
Sebagaimana dalam kedokteran, akal digunakan. Demikian
juga dalam pemberian manfaat dan kebaikan, akal juga digunakan. Orang setiap
waktu perlu selalu memperhatikan dan memikirkan, dengan cara apa dapat memberikan manfaat pada orang lain.
Sebagian orang biasanya merasa jengkel dengan melihat
peminta atau pengemis. Jika pengemis itu ada di hadapan maulwi (kyai atau ustad), maulwi
malah menjelaskan dan memperingatkan masalah meminta daripada memberi sesuatu
padanya. Dia mempertontonkan gengsi kemaulwiannya.
Sayang sekali, orang-orang itu tidak punya kekuatan
pikir untuk berpikir, seperti yang dipunyai manusia yang baik hatinya dan sehat
fitrahnya. Mereka tidak berpikir panjang, jika pengemis itu suka meminta-minta
kendatipun sehat, maka dia sendiri
berdosa. Sedangkan memberi sesuatu padanya tentu tidak berdosa. Disebutkan
dalam hadis syarif intinya, peminta
datang dengan tunggangan, maka hendaklah diberi. Dalam Quran syarif ada
perintah Allah:
“Dan terhadap penanya (peminta), janganlah engkau
bentak-bentak.” (Q.S. Adl-Dluha, 93:10).
Dalam ayat ini tidak ada penegasan bahwa peminta
tertentu tidak boleh dibentak, dan peminta lainnnya boleh dibentak. Maka
ingatlah, terhadap peminta (pengemis), jangan kalian bentak! Karena itu semacam
menebar benih akhlak buruk. Akhlak menghendaki agar kalian jangan cepat marah
pada pengemis. Marah adalah keinginan setan, agar dengan cara ini kalian
terhalang dari kebaikan, dan menjadi waris keburukan. Renungkan, dengan
melakukan satu kebaikan, lahirlah kebaikan yang lain. Begitu pula, satu keburukan
menjadi penyebab keburukan lainnya. Suatu benda memikat benda lainnya,
seperti itulah Allah Ta’ala menempatkan masalah
daya tarik ini dalam setiap perbuatan. Ketika kalian memperlakukan pengemis dengan halus, dengan cara ini berarti kalian memberi sedekah akhlak; maka kesukaran akan
jauh, kebaikan lainnya pun akan terjadi, dan kalian akan memberikan sesuatu
padanya. Akhlak adalah kunci kebaikan-kebaikan lainnya. Barangsiapa tidak
memperbaiki akhlaknya, dia secara berangsur-angsur akan lalai. Keyakinan saya,
segala sesuatu di dunia ini ada gunanya. Racun dan kotoran juga berguna. Namun
manusia yang tidak mempunyai akhlak luhur dan tidak bisa memberikan manfaat,
dia lebih buruk daripada hewan mati. Hewan mati kulit dan tulangnya berguna,
manusia kulitnya tak berguna. Inilah kedudukan seperti yang ditegaskan dalam
Quran, “Mereka tiada lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih
tersesat dari jalan.” (Q.S. Al-Furqan, 25:44).
Jadi, ingatlah bahwa reformasi akhlak hal yang sangat
penting, karena induk kebaikan adalah akhlak.
(Diterjemahkan dari: Malfuzat Ahmadiyyah, jilid 1, hlm. 96-98)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar