Agar doa terkabulkan, pertama diperlukan ketakwaan. Upayakan jalan ketakwaan. Jika tidak diupayakan ketakwaan, maka setiap doa yang dipanjatkan tidak ada pengaruhnya. Berdoalah untuk dirimu sendiri. Doakan juga orang-orang yang punya husnuzan (sangkaan baik). Tetapi ada hal penting, orang yang mendoakan hendaklah ada hubungan dengan orang yang didoakan, supaya dalam hati orang yang mendoakan ada perhatian dan kerisauan pada orang yang didoakan.
Kedua, perlu ada perubahan bagi orang yang berdoa maupun yang didoakan. Andaikata orang yang didoakan tetap kotor, dan tidak melakukan perubahan, doa orang baik (yang mendoakan) itu tidak akan bermanfaat baginya. Sebab, pada orang yang didoakan seharusnya ada fitrah dan kemampuan untuk menerima pengaruh doanya.
Sifat khas cahaya adalah, ia lebih banyak jatuh di tempat yang lebih bersih keadaannya. Begitu pula pengaruh suci yang terdapat dalam cahaya Ilahi. Semakin bersih hati manusia, semakin banyak cahaya yang menerangi dan mempengaruhinya.
Orang berdoa hendaklah dilandasi dengan kesabaran dan keajekan. Sebagian orang terlihat memanjatkan doa, beberapa hari kemudian mengatakan bahwa doanya tidak ada faedahnya sedikit pun baginya. Orang bodoh tidak begitu tahu bahwa pengabulan dan kemanfaatan doa tidak sepenuhnya hanya tergantung pada orang yang berdoa, tetapi juga tergantung pada keadaan dan fitrah orang yang didoakan.
Orang yang mendoakan itu ibarat seorang dokter. Sedangkan orang yang didoakan ibarat seorang pasien. Kesembuhan pasien tidak sepenuhnya tergantung pada dokter, tetapi juga tergantung pada sikap dan perilaku pasien. Jika seorang pasien menerima dan mengikuti resep obat dari dokter, tetapi tidak berpantang dari hal-hal yang bisa memperburuk sakitnya, maka bagaimana mungkin dia akan sembuh?
Setiap obat punya khasiat dan pengaruh. Khasiat obat itu tidak akan hilang dan tanpa pengaruh. Tetapi besarnya pengaruh itu juga sangat tergantung pada watak pasien, dan kedisiplinannya dalam berpantang atau menghindari sesuatu yang berdampak negatif pada kesehatannya.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 1, hlm. 194).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar