Minggu, 03 Mei 2020

Menegakkan Tauhid dan Keagungan Allah



Dalam bukunya Dafi'ul Bala' (penghapus bencana), Masih Mau'ud mencantumkan salah satu ilham yang diterimanya:
اَنْتَ مِنِّىْ وَ اَنَا مِنْكَ
"Kamu dari-Ku dan Aku darimu."
Selanjutnya beliau menjelaskan:
Anta minnii (kamu dari-Ku) maksudnya, jelas, seperti prajurit yang ditunjuk oleh penguasa, dengan perintahnya dia pergi ke suatu tempat. Dia dari penguasa, berarti, dia darinya dan dengan perintahnya pergi.
Demikian pula orang yang datang dari Allah Ta'ala, dia datang dengan perintah-Nya, berarti, dia dari-Nya.
Anaa minka (Aku darimu), ini juga sangat jelas.  
Ada kaidah bahwa setiap sesuatu setelah melalui jangka waktu yang lama, karena lamanya waktu, ia tidak bisa bertahan dalam keadaan aslinya.
Begitu pula pengaruh ajaran para nabi, (karena lamanya waktu) bisa lepas dari hati manusia. Setelah lama berlalunya waktu, tiba saatnya pada setiap agama, orang-orang yang menyatakan sebagai penganutnya, tinggal pada namanya saja. Hanya kulit yang ada di tangan mereka. Mereka tidak mengetahui sama sekali intinya. Iman dan amal mereka semuanya hanya sebagai ritual. Seperti seorang anak, disebut anak muslim karena dia  lahir di keluarga muslim. Padahal sebenarnya dia tentu tidak tahu zat dan sifat-sifat Allah Ta'ala. Shalat, puasa dsb. semuanya dia lakukan karena dia melihat kedua orang tuanya yang muslim melakukannya.
Karena Islam berasal dari Tuhan sejati, dan Dia telah memilih Islam di atas semua agama lainnya, maka Allah Ta'ala tidak membiarkannya berlarut-larut dalam kegelapan. Bahkan dengan segera Dia mengutus orang yang mengembangkan iman dan amal pada setiap permulaan abad. Tauhid yang telah terangkat dari dunia, keyakinan pada keesaan Allah yang telah terlepas dari hati manusia ditegakkan kembali di dunia. Dengan cara ini seolah-olah wajah Tuhan yang tersembunyi, dengan tangan (lantaran) para utusan Allah dan orang-orang pilihan Allah, kemudian tampak lagi di dunia. Keagungan-Nya tegak lagi di dunia. Keyakinan penuh pada zat-Nya yang telah terangkat dari hati manusia tertanam kembali. Dalam pengertian itu, Allah Ta'ala menyatakan "anaa minka" (Aku darimu), yakni Tauhid-Ku dan keagungan-Ku dengan lantaran kamu akan tampak di dunia.
Telah datang satu zaman, pada waktu itu Allah Ta'ala dikira hilang dari dunia. Keadaan zaman menunjukkan bahwa sebenarnya Tuhan telah hilang. Untuk menampakkan-Nya ada utusan Ilahi yang datang dari Allah Ta'ala, dan kerajaan zat Tuhan didirikan di dunia. 
Seandainya ditanyakan, apa perlunya Allah Ta'ala menggunakan sarana? Jawabnya adalah, memang hal itu sebenarnya tidak perlu bagi Allah, tetapi Allah menyukai cara itu di alam asbab (alam dunia) ini. Misalnya, untuk menghapuskan rasa haus Allah menciptakan air, untuk menghilangkan rasa lapar Allah menciptakan makanan. Allah Ta'ala tidak menghilangkan rasa haus dan lapar, tanpa air dan makanan. Allah dapat mewujudkan atau menjadikan sesuatu tanpa sarana, tetapi Dia tidak suka melakukan seperti itu. Dengan demikian, Allah Ta'ala menciptakan jajaran para nabi dan wali itu untuk memperlihatkan zat-Nya. Bagi umat manusia, tanda-tanda yang sangat kuat, yang mengandung hal ghaib bisa menunjukkan dan meyakinkan pada mereka bahwa Allah ada dan pasti ada.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 7, hlm. 464-465).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar