Mengapa turun azab pada orang yang mendustakan dan menyusahkan utusan Allah? Jelas sekali, perumpamaannya seperti pemerintah yang mengutus pegawainya kepada penduduk penyewa tanah pemerintah untuk menarik atau menagih uang sewa tanah. Meskipun pegawai itu rendah gaji bulanannya, jika penduduk tidak mau membayar uang sewa atau bahkan mereka dengan jahat menyusahkannya, maka pemerintah siap memberi hukuman pada penduduk kampung, hanya karena perbuatan mempersulit dan ketidakpatuhan mereka pada seorang pegawai, utusan pemerintah itu. Walau dari antara mereka ada orang-orang sangat terhormat dan tuan tanah yang kaya.
Demikian pula, apabila utusan Allah dihina dan tidak ditaati, maka Allah tersinggung dan meledak kemarahan-Nya. Untuk pemberian hukuman pada orang-orang jahat, Allah memperlihatkan tanda-tanda pada utusan-Nya.
Orang yang datang dari sisi Allah Ta'ala, tidak membicarakan perkara besar, tetapi dia memberikan ajaran kepada umatnya agar beribadah kepada Allah Ta'ala, berbuat baik kepada sesama makhluk Allah, dan melaksanakan shalat. Dia berusaha menghapuskan kesalahan-kesalahan yang ada dalam agama.
Seperti aku datang pada waktu ini, juga diutus untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah terjadi pada masa kelompok orang-orang yang bengkok atau menyimpang (faij a'waj). Kesalahan yang paling besar adalah dihancurkannya keagungan Allah dan diragukannya ajaran tauhid sebagai ajaran yang suci dan tinggi dari Nabi Muhammad saw. yang mulia.
Di satu sisi, umat Kristiani mengatakan bahwa Yesus (Isa Almasih) masih hidup dan Nabi umat Islam, Muhammad saw. telah wafat. Karena itu, mereka menetapkan Yesus (Almasih) itu Tuhan dan putra Tuhan, sebab dia masih hidup di langit sekitar 2000 tahun hingga sekarang. Tidaklah berlalunya waktu berpengaruh padanya, dan tidaklah ada perubahan dalam tubuhnya.
Di sisi lain, sebagian orang Islam sendiri mengakui dan mempercayai bahwa Almasih dalam keadaan hidup naik di langit, hingga sekarang masih berada di sana tanpa ada perubahan. Sedangkan Nabi Muhammad saw. telah wafat dan dimakamkan di Madinah. Aku katakan dengan sungguh-sungguh bahwa hatiku bergetar ketika mendengarkan kata-kata dari lisan para maulwi muslim bahwa Nabi Muhammad saw. yang mulia telah wafat. Seakan-akan nabi yang hidup (syariat dan berkahnya, pent.) ditetapkan sebagai rasul yang mati, sedangkan yang sebenarnya telah mati, yang kitab dan syariatnya telah mati, dia ditetapkan hidup abadi. Adakah penodaan terhadap Islam yang lebih besar daripada itu? Namun sebenarnya ini kesalahan orang Islam sendiri, yang jelas bertentangan dengan ajaran Quran. Di berbagai tempat dalam Quran Syarif disebutkan dengan sangat jelas kematian Almasih. Aku diberi tugas untuk menghapuskan kesalahan itu. Allah Ta'ala menyebut aku "hakam" (pengambil keputusan). Maka "hakam" lah yang mungkin berhak menghapus kesalahan itu dan menunjukkan kebenaran sejati.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 4, hlm. 123-125).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar