Rabu, 19 Februari 2020

Janganlah Salat Seperti Burung Beo



Aku tekankan kepada para anggota jemaahku. Jangalah melakukan salat seperti burung beo. Bacaan salat dari unsur Quran Syarif yang merupakan kalam Allah, dan doa ma'tsurah yang biasa dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. bila tanpa salat tidak mengandung berkah. Untuk itu semua bacaan salat hendaklah dibaca dalam salat seperti biasa. Namun untuk menciptakan kekhusyukan dan kekhudukan, sangat baik bila setelah doa ma'tsurah juga dipanjatkan doa dalam bahasa ibu, khususnya bagi orang-orang yang tidak mengerti bahasa Arab. Kapan ada kesempatan, apakah pada waktu rukuk, sujud, tahiyat, berdiri atau duduk, hendaklah kamu berdoa dalam bahasa ibu (bahasamu sendiri) setelah membaca doa ma'tsurah. Dengan mengikuti petunjuk itu, para anggota jemaahku memohon kepada Allah semua kebutuhan mereka di dalam salat mereka. Inilah kebiasaanku. Meskipun menurutku bahasa Arab dan bahasa Punjabi itu sama (setara), namun karena manusia punya kepuasan alamiah dengan bahasa ibu, maka di dalam salat, di istana Rabbul 'izati (Tuhan Yang Maha Mulia), hendaklah kamu memohon dengan bahasa ibu dengan sangat khusyuk dan khuduk apa yang menjadi kebutuhan dan keinginanmu.
Berjanjilah untuk salat. Kerjakan salat dengan kehadiran hati dan gairah yang tinggi. Kerjakan salat wajib dengan tertib, dengan berjamaah. Kerjakan salat sunnat atau nafilah sebanyak yang kamu inginkan dengan lama dan rendah hati. Menangislah di hadapan Allah, agar dalam dirimu terwujud apa yang menjadi tujuan utama salat.
Salat adalah sesuatu yang menjauhkan segala macam keburukan. Sebagaimana difirmankan oleh Allah:
اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْھٰی عَنِ الْفَحْشَآءِ وَ الْمُنْكَرِ
"Sesungguhnya salat itu mencegah (manusia) dari perbuatan keji dan buruk." (Al 'Ankabut, 29:45).
Di tempat lain, difirmankan oleh Allah:
اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْھِبْنَ السَّيِّاٰتِ
"Sesungguhnya perbuatan baik itu melenyapkan perbuatan buruk." (Hud, 11:114).
Kata "al-hasanaat" (perbuatan baik) dalam ayat ini maksudnya "salat".
Namun keadaan sebagian umat Islam dewasa ini, karena salat mereka tanpa ada kegairahan dan pemahaman, orang yang melaksanakan salat umumnya dianggap pura-pura. Sebab orang pada umumnya mengerti bahwa dalam salat mereka tidak ada esensinya. Mereka bersalat hanya seperti ayam mematuk-matuk biji-bijian, yang tidak berpengaruh pada akhlak dan perilaku mereka. Salat mereka seperti yang Allah Ta'ala cela dalam Quran (107:4).
Selama salat itu tidak memberikan pengaruh dan hasil yang baik, Allah Ta'ala tidak suka pada kata-kata kosong belaka. Mereka tidak menyadari bahwa dengan melaksanakan salat yang tidak berguna seperti itu, mereka telah membuang-buang waktu. Sampai akhirnya mereka meninggal dunia dan pergi ke hadirat Ilahi. 
Perhatikan, seseorang yang sakit pergi ke tempat seorang tabib atau dokter dan mendapat resep untuk sakitnya. Bila setelah menggunakan obat (sesuai dengan resep itu) dalam jangka waktu tertentu, dia tidak sembuh, maka dia tentu memahami bahwa ada cacat atau kekurangan dalam diagnosis atau obatnya. Namun anehnya, setelah orang melaksanakan salat bertahun-tahun, dan dia tidak merasakan adanya pengaruh, tapi dia tetap saja tidak memperhatikan apakah resep salatnya itu benar atau tidak.
(Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 5, hlm. 328-329).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar