Senin, 10 Januari 2022

Mengenal Allah Melalui Doa

 


Surat Al-Fatihah sebagai inti semua ajaran Quran Syarif. Barangsiapa yang ingin mengambil sesuatu yang bertentangan dengan Al-Quran, itu tidak benar. Sebagaimana telah aku nyatakan, umat Islam dianjurkan agar dengan surat Al-Fatihah mereka rajin berdoa. Bahkan telah diajarkan pada mereka doa _"Ihdinaash shiroothol mustaqiim"_ (pimpinlah kami pada jalan yang benar). Mereka diwajibkan berdoa dengan doa ini dalam shalat wajib lima waktu.

Betapa salahnya seseorang yang mengingkari kekuatan ruhaniah doa. Quran Syarif telah menetapkan bahwa dalam doa terkandung kekuatan ruhaniah. Dari doa turunlah rahmat yang membuahkan berbagai macam kesuksesan.


Setiap orang yang adil dan bijaksana bisa mengerti bahwa terlepas dari adanya penerimaan atau pengakuan masalah takdir dalam banyak hal, menurut sunatullahnya dengan usaha keras akan ada hasil yang diatur. Demikian pula dalam hal doa yang dipanjatkan dengan sungguh-sungguh, ia tidak akan sia-sia. Pada satu tempat dalam Quran Syarif, Allah Ta'ala telah menetapkan tanda untuk mengenal-Nya, Tuhan kita adalah Tuhan yang mendengar doa orang-orang yang resah.

Allah berfirman:


اَمَّنْ يُجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ


"Atau siapakah yang mengijabahi (doa) orang yang susah tatkala dia berdoa kepada Nya?" 

(An-Naml, 27:62). 


Ketika Allah menjadikan pengabulan doa sebagai tanda keberadaan-Nya, bagaimana mungkin orang yang bijaksana dan rendah hati bisa menganggap bahwa pada saat orang berdoa, tidak ada tanda ijabah yang jelas baginya dan doa itu hanya sebagai perkara formalitas yang tidak ada kekuatan ruhaniahnya? Menurutku ketidaksopanan seperti itu sama sekali tidak akan dilakukan oleh orang beriman sejati.

Ketika Allah Ta'ala berfirman bahwa dengan merenungkan sifat-sifat bumi dan langit dapat dikenal Tuhan sejati; demikian pula dengan melihat terkabulnya doa, seseorang menjadi yakin akan adanya Allah Ta'ala.

Kemudian seandainya tidak ada kekuatan ruhaniah dalam doa dan tidak ada berkah yang nyata dalam doa, bagaimana mungkin doa bisa menjadi sarana untuk mengenal Allah Ta'ala, seperti sarana benda-benda bumi dan langit?


Dari Quran Syarif diketahui bahwa sarana tertinggi untuk mengenal Allah adalah doa. Pengetahuan yang benar-benar lengkap tentang keberadaan Allah dan sifat-sifat-Nya yang sempurna, hanya dapat dicapai melalui doa, bukan dengan cara lainnya.

Sesuatu seperti cahaya halilintar yang sekali waktu menarik manusia keluar dari lubang kegelapan dan membawanya ke tempat terbuka penuh cahaya, serta membuatnya berdiri di hadapan Allah Ta'ala, sesuatu itu adalah doa. Melalui doa, ribuan orang yang jahat dan rusak bisa menjadi baik.


Dalam berdoa ada kendala utama, karenanya seringkali keagungan doa tersembunyi dari hati. Kendala utama itu adalah tidak terpenuhinya syarat ketakwaan, ketulusan dan keimanan.

Allah Ta'ala berfirman: 


اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ


"Sesungguhnya Allah akan menerima dari orang yang bertakwa." (Al-Maidah, 5:27).

Yakni, Allah Ta'ala menerima doa orang-orang bertakwa.


Kemudian Allah berfirman:


وَاِذَا سَاَلَكَ عٍبَادِىْ عَنِّىْ فَاِنِّىْ قَرِيْبٌ - اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِىْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِىْ لَعَلَّھُمْ يَرْشُدُوْنَ .


"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, sesungguhnya Aku ini dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa tatkala dia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi seruan-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka dapat menemukan jalan yang benar." 

(Al-Baqarah, 2:186).


Dengan kata lain, ketika hamba-hamba Allah bertanya tentang Allah, tentang keberadaan-Nya; maka jawabannya Allah sangat dekat. Keberadaan Allah dapat dimengerti dengan jalan yang sangat dekat. Argumen tentang keberadaan Allah dapat diperoleh dengan sangat mudah, yaitu ketika seorang pemohon memanggil Allah, Allah mendengarnya. Dengan ilham-Nya, Dia menyampaikan kabar baik tentang keberhasilannya, darinya dia tidak hanya yakin pada keberadaan-Nya, tapi juga kuat keyakinannya pada kekuasaan-Nya.

Namun orang-orang seharusnya mewujudkan keadaan takwa sedemikian rupa, sehingga Dia mendengarkan suara mereka. Sebelum mencapai pengetahuan dan pengenalan penuh tentang Allah, mereka seharusnya beriman pada Allah dan menyatakan bahwa Allah itu ada, Dia memiliki semua kekuatan dan kekuasaan. Karena orang beriman diberi kearifan.

(Ayyamus Sulh, hlm. 31-32).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar