Senin, 10 Januari 2022

Kebersihan Lahiriah dan Batiniah

 


Nabi menjadi bapak ruhani. Dia ingin secara berangsur-angsur menyingkirkan setiap ketidaksucian atau kekotoran dan menyelamatkan manusia dari setiap bahaya.

Kekotoran tahap pertama yang menyebabkan manusia dalam keadaan seperti binatang adalah kekotoran jasmaniah, darinya menimbulkan penyakit berbahaya dan mematikan. Karena itu tentu Kitab Allah yang sempurna memulai pengajarannya dari masalah itu.

Pertama-tama Allah ingin orang melepaskan kekotoran jasmaniah dan keadaan seperti binatang (biadab), lalu menjadi insan (manusia). Kemudian dengan mengajarkan aturan akhlak utama dan kebersihan batiniah Allah membuat manusia menjadi insan beradab. Kemudian insan beradab yang mencapai kehalusan cinta dan fana fillah (lebur dalam Allah) Dia tingkatkan menjadi insan bertakwa.


Dalam kalam suci-Nya  Allah Ta'ala mendorong manusia menuju dua macam kebersihan (kebersihan lahiriah dan batiniah). Firman-Nya:


اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَھِّرِيْنَ .


"Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertobat dan mencintai orang yang suci." (Al-Baqarah, 2:222).


Dengan kata _"tawwaabiin"_(orang yang bertobat), Allah Ta'ala mendorong manusia ke arah kebersihan dan kesucian batiniah. Dengan kata _"mutathohhiriin"_ (orang yang suci) Allah menekankan pada kebersihan dan kesucian lahiriah.


Dari ayat itu tidak berarti bahwa orang yang hanya menjaga kebersihan dan kesucian lahiriah, yang dicintai oleh Allah. Dengan tergabungkannya kata _"tawwaabiin"_ (orang yang bertobat) itu mengisyaratkan bahwa manusia, hamba Allah yang mendapat cinta Allah yang penuh adalah dia yang selain menjaga kebersihan dan kesucian lahiriah juga melakukan pertobatan sejati dan kembali kepada Allah Ta'ala. Dengan cinta Allah yang sempurna, manusia  akan selamat di hari Kiamat.

Orang yang hanya memerhatikan kebersihan dan kesucian lahiriah di dunia, dia hanya dapat mengambil faedah, terlindungi dari banyak penyakit jasmani. Meskipun dia tidak bisa melihat cinta Allah Ta'ala tingkat tinggi, tapi karena dia melakukan sedikit perbuatan yang sesuai dengan kehendak Allah, yakni menjaga kebersihan rumahnya, badannya dan pakaiannya, maka dia diselamatkan dari beberapa malapetaka jasmaniah. Kecuali orang yang banyak dosanya, dia pantas mendapat hukuman.


Jika kamu membaca Al-Quran dengan seksama, kamu akan tahu bahwa Allah Yang belas kasih-Nya tak terbatas menghendaki agar manusia menyukai kesucian batiniah untuk bisa terselamatkan dari siksaan ruhani,  serta menyukai kebersihan lahiriah untuk bisa terhindar dari neraka dunia yang dimanifestasikan dalam bentuk berbagai penyakit dan wabah.


Dijelaskan, _"tawwaabiin"_ (orang yang bertobat) maksudnya orang yang berjuang untuk mewujudkan kebersihan dan kesucian batiniah. _"Mutathohhiriin"_ (orang suci) maksudnya orang yang selalu berjuang untuk mewujudkan kebersihan dan kesucian lahiriah atau jasmaniah.


Di tempat lain Allah berfirman:


كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًا .


"Makanlah barang-barang yang baik dan berbuatlah kebaikan." (Al-Mu'minun, 23:51).


Dalam ayat itu terdapat dua perintah. 

Pertama, "makanlah barang-barang yang baik", untuk pengelolaan kebaikan jasmani.

Kedua, "berbuatlah kebaikan", untuk pengelolaan kebaikan ruhani.

Dari perbandingan antara keduanya, kita mendapatkan argumen bahwa hukuman akhirat itu diperlukan untuk orang jahat. Sebab ketika kita mengabaikan aturan kebersihan jasmani di dunia, kita langsung terperangkap dalam musibah. Begitu pula bila kita meninggalkan prinsip kebersihan dan kesucian ruhani, maka setelah kematian tentu akan ada azab yang menimpa kita.

(Disarikan dari Ayyamus Sulh, hlm. 109-111).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar