Senin, 17 Januari 2022

Malaikat dan Setan

 


Allah menciptakan setan, bukan untuk menjatuhkan manusia dalam dosa dan kesesatan. Penciptaan setan juga bukan dimaksudkan agar manusia selalu terlibat dalam kejahatan dan tidak pernah memperoleh keselamatan.


Akidah umat Islam yang benar, seperti yang telah Allah sendiri jelaskan dengan firman-Nya yaitu, Allah Ta'ala telah menyediakan bagi manusia dua sarana untuk kebaikan dan kejahatan. 

Untuk itu, Allah Ta'ala menetapkan dua macam penggerak secara alami.

Pertama, penyeru atau pengajak kebaikan, yakni malaikat yang memasukkan keinginan kuat untuk kebaikan dalam hati manusia.

Kedua, penyeru atau pengajak kejahatan, yakni setan yang memasukkan keinginan kuat untuk kejahatan dalam hati manusia.


Namun Allah Ta'ala hendak memberi kemenangan pada penyeru kebaikan (malaikat). Untuk mendukung dan menguatkannya, Allah menganugerahkan akal kepada manusia, menurunkan firman-Nya, menunjukkan keajaiban (mukjizat) dan tanda-tanda, serta menetapkan hukuman berat untuk perbuatan kejahatan. Jadi Allah Ta'ala memberi banyak macam cahaya kepada manusia agar dia memperoleh petunjuk. Keadilannya yang tulus membuatnya siap menerima petunjuk.

Adanya setan (penyeru kejahatan) yang mendorong ke arah kejahatan, hikmahnya agar dengan menghindari atau menahan diri dari dorongan setan itu, manusia memperoleh pahala. Yakni pahala yang tidak bisa didapatkan kecuali dengan ujian semacam itu (ujian yang berupa dorongan atau bujukan setan, pent.)


Ditemukan bukti lain yang sangat jelas tentang kedua penyeru, yakni penyeru kebaikan dan penyeru kejahatan bagi manusia. Manusia sendiri merasakan dengan jelas dalam jiwanya bahwa dia selalu terpengaruh dengan dua macam keinginan kuat. Kadang-kadang dia mengalami keadaan yang jernih dan cerah, sehingga pikiran baik dan keinginan baik muncul di dalam hatinya. Sebaliknya, kadang-kadang keadaannya penuh dengan ketidakjelasan dan suram, sehingga tabiatnya kembali ke pikiran-pikiran jahat dan dalam hatinya ada kecenderungan ke arah kejahatan.


Inilah dua penyeru yang ditafsirkan sebagai malaikat dan setan. Dengan cara lain, para ahli filsafat (filsuf) menjelaskan keduanya, baik penyeru kebaikan maupun penyeru kejahatan. Menurut pendapat mereka, dalam keberadaan manusia sendiri terdapat dua macam kekuatan. Pertama, kekuatan malaikat, sebagai penyeru kebaikan. Kedua, kekuatan setan, sebagai penyeru kejahatan. Kekuatan malaikat mendorong menuju kebaikan. Kekuatan setan mendorong menuju kejahatan.


Singkatnya, perbedaan antara akidah atau keyakinan Islam dengan keyakinan semua filsafat di dunia hanyalah, umat Islam menganggap kedua penggerak atau pendorong itu sebagai dua makhluk di luar manusia. Sedangkan para ahli filsafat menganggap kedua penggerak itu sebagai dua macam kekuatan yang ada di dalam jiwa manusia itu sendiri.

Tetapi faktanya, ditemukan dua penggerak bagi manusia, apakah mereka sebagai dua makhluk di luar manusia atau sebagai dua kekuatan (dalam diri manusia). Hal ini merupakan kepercayaan umum, yang semua kelompok ahli filsafat sepakat tentang ini. Sampai hari ini tidak ada orang bijak yang menolak kepercayaan umum ini.

(Disarikan dari Manzur Ilahi/Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 2, hlm. 18-19).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar