Rabu, 17 November 2021

Menjadi Seperti Nabi

 


Jika diperhatikan dengan seksama, sebenarnya semua nabi diutus di dunia dengan maksud agar umat manusia berusaha untuk menjadi seperti mereka.

Seandainya dengan mengikuti para nabi kita tidak bisa menjadi seperti mereka, sebaliknya keinginan untuk menjadi seperti para nabi dianggap bisa menyebabkan kita menjadi kafir dan ateis; maka berarti kedatangan para nabi sia-sia dan iman kita kepada mereka pun tidak berguna.


Quran Syarif memberikan petunjuk dengan jelas. Dalam surat Al-Fatihah Allah memberi harapan kepada kita untuk menjadi seperti para nabi. Allah mendorong kita agar dalam lima waktu sehari, kita berdiri di hadapan-Nya untuk salat, dan dalam salat kita diminta untuk berdoa kepada-Nya:


اِھْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ - صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْھِمْ -


"Pimpinlah kami pada jalan yang benar. Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat."

(Al-Fatihah, 1:5-6).

Yakni, wahai Tuhan kami Yang Maha Pemurah dan Pengasih, berilah kami petunjuk agar kami menjadi seperti Adam Shafiyullah, menjadi seperti Syits Nabiyullah, menjadi seperti Nuh Adam kedua, menjadi seperti Ibrahim Khalilullah, menjadi seperti Musa Kalimullah, menjadi seperti Isa Ruhullah, menjadi seperti Ahmad  Mujtaba Muhammad Mustafa Habibullah, menjadi seperti setiap orang tulus (shiddiq) dan orang setia (syahiid) di dunia.


Beberapa ulama kita menganggap kafir dan ateis orang yang menyatakan diri menjadi seperti nabi. Orang yang menerima kabar baik (basyarat) dengan ilham Ilahi, mereka sebut sebagai ateis, kafir dan ahli neraka. Bila ayat itu artinya bukan seperti yang telah aku jelaskan, mereka seharusnya memikirkan dan mengatakan saja, apa artinya. Bila arti (yang aku sampaikan) itu tidak benar, lalu mengapa Allah berfirman seperti di bawah ini?


قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللَّهَ فَاتَّبِعُوْنِىْ يُحْبِبْكُمُ اللَّهَ -


"Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku; Allah akan mencitaimu." (Ali Imran, 3:31).


Hendaklah mereka berpikir, ketika seseorang yang mengikuti kekasih Allah, dia juga bisa menjadi kekasih Allah; maka orang yang mengikuti kekasih Allah, dia menjadi seperti kekasih Allah, atau tetap bukan seperti kekasih Allah?


Sayang sekali, penentang kami yang penuh dengan kedengkian tidak berpikir bahwa bagi pencari Tuhan, keinginan menjadi seperti nabi ini merupakan keinginan yang baik dan agung, yang merangsangnya untuk bermujahadat. Hal ini merupakan mesin yang memiliki kekuatan besar untuk menarik ke arah ketakwaan, kesucian, keikhlasan, kebenaran, kejujuran, dan keistiqamahan tingkat tinggi. Hal ini merupakan gairah yang menghilangkan kehausan, yang bergelora dalam hati pencari Tuhan. Jika pencari Kekasih Sejati (Tuhan) putus asa sama sekali untuk mencapai maksud itu, maka dia seakan-akan menjadi tak berguna hidupnya.

Sampai sekarang, begitu banyak sufi besar yang telah berlalu (wafat). Tidak ada seorang pun dari mereka yang berbeda paham bahwa dalam agama ini terbuka jalan bagi siapa pun untuk menjadi seperti para nabi. Sebagaimana Nabi Muhammad saw. telah memberikan kabar baik tentang ulama ruhani atau rabbani (ulama yang memiliki pengetahuan dan pengalaman ruhani atau Ilahi), sebagai berikut:

"Ulama umatku seperti nabi-nabi Bani Israil."

(Izala Auham, hlm. 256-259).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar