Minggu, 17 Oktober 2021

Syariat Islam Permanen dan Abadi

 


Hukum atau aturan Taurat dan Injil bersifat sementara, sesuai dengan kebutuhan zaman. Sedangkan syariat dan Kitab Suci yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. merupakan syariat yang permanen dan abadi. Karena itu, hukum atau aturannya benar-benar lengkap dan sempurna. Seandainya Quran Syarif tidak diturunkan, tetap perlu ada penghapusan (naskh) dalam Taurat dan Injil, karena aturan mereka tidak permanen dan abadi.

Beberapa orang yang tidak tahu berkeberatan dan melontarkan kritikan, mengapa Allah Ta'ala memansukh (menghapus) Kitab-kitab sebelumnya? Apakah Dia tidak memiliki pengetahuan yang lengkap? Mengapa Dia tidak mengirimkan syariat yang sempurna, permanen dan abadi sejak awal? Kritikan ini benar-benar berdasarkan pada ketidaktahuan.


Bukanlah kaidah umum bahwa setiap penghapusan pasti karena ketiadaan ilmu (pengetahuan).

Pakaian yang dipakai anak kecil berumur 2 tahun, mengapa pakaian itu tidak bisa dipakai remaja berumur 10-15 tahun, atau pemuda berumur 20-25 tahun? Apakah seorang pemuda bisa memakai kemeja anak kecil? Tentu saja tidak akan ada orang yang sehat akalnya setuju dengan hal itu. Sebaliknya, dia akan menertawakan perbuatan seperti itu.

Dari contoh itu dapat diketahui dengan sangat jelas bahwa setiap penghapusan itu tidak harus disebabkan ketiadaan ilmu (pengetahuan).


Ketika tubuh kita sendiri selalu berubah setiap waktu, maka tentu kebutuhan kita terus berubah bersama dengan perubahan itu. Penghapusan yang terjadi sesuai dengan perubahan-perubahan, itu berdasarkan pada kebijaksanaan dan ilmu (pengetahuan), bukan karena ketiadaan ilmu.

Jadi kritikan seperti itu berlandaskan kesalahpahaman.

Sebagaimana kita tidak bisa memasukkan sepotong roti atau sepotong daging ke dalam mulut bayi yang baru lahir, begitu pula rahasia-rahasia syariat yang diperoleh manusia sempurna tidak diberikan kepada manusia pada tahap awal.

Pada suatu waktu dokter memberikan obat pencuci perut (pencahar) kepada pasien. Tetapi di lain waktu ketika pasien itu menderita sakit diare, dokter memberikan obat yang berbeda, yakni obat diare. Tidak mungkin satu resep obat untuk semua keadaan.


Singkatnya, Quran Syarif adalah Kitab kebijaksanaan, syariat yang permanen dan khazanah semua ajaran Ilahi. 

Mukjizat (keajaiban) Quran Syarif yang pertama adalah ajarannya yang sangat tinggi, mukjizat kedua adalah nubuat-nubuatnya yang tepat.

Dalam surat Al-Fatihah, At-Tahrim dan An-Nur terkandung beberapa nubuat (ramalan) yang sangat berharga. Dalam kehidupan Rasulullah Muhammad saw. selama di Mekah penuh dengan nubuat. Jika orang yang bertakwa dan bijaksana merenungkan semua itu, maka akan jelas bahwa betapa banyak kabar gaib dari Allah Ta'ala yang diberitahukan kepada Nabi Muhammad saw.

Pada saat hampir seluruh umat memusuhi beliau, dan hampir tidak ada simpatisan dan teman bagi beliau, beliau menerima wahyu (yang mengandung nubuat, pent.):


سَيُھْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّوْنَ الدُّبُرَ


"Pasukan gabungan akan segera dikalahkan dengan lari tunggang-langgang dan berbalik punggung."

(Al-Qamar, 54:45).


Dengan melihat keadaan dan sarana lahiriah beliau pada saat itu, orang menganggap bahwa beliau akan mengalami kehancuran. Tetapi dalam situasi seperti itu, beliau malah menerima nubuat atau kabar gaib dari Allah tentang keberhasilan beliau dan kehinaan serta keputusasaan musuh beliau. Akhirnya nubuat itu terjadi dan terpenuhi.

(Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 3a, hlm. 20-21).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar