Selasa, 04 Februari 2020

Berdoa dan Bersabar



Dalam Quran Syarif tidak ada pernyataan bahwa setiap doamu yang sesuai dengan keinginanmu pasti dikabulkan. Ya, kami percaya dalam Quran terdapat firman Allah:
اُدْعُوْنِىْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ
"Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengijabahi (doa) kamu." (Al Mu'min, 40:60).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa Allah mengakui atau menerima manusia. Tetapi bersama itu dalam Quran juga tertulis:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَىْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ ...
"Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sesuatu dari ketakutan dan kelaparan... " (Al Baqarah, 2:155).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa Allah ingin agar manusia mengakui atau menerima kehendak-Nya.
Allah mengakui atau menerima hamba-Nya, hal ini termasuk kebaikan dan kemurahan-Nya. Seandainya dalam setiap perkara Allah menginginkan manusia untuk mengakui atau menerima Dia, hal ini tidak bertentangan dengan keagungan-Nya.
Ada ketakutan bagi manusia. Takut kelaparan, kehilangan harta, menanggung kerugian dalam perdagangan, kerusakan buah-buahan dan anak, dan banyak macam kerugian serta kehilangan lainnya yang bisa terjadi. Semua keadaan seperti itu merupakan ujian dari Allah Ta'ala. Pada waktu itu Allah ingin menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya, dan ingin membuat manusia mengakui atau menerima kehendak-Nya. Dalam keadaan seperti itu, tugas orang yang tulus dan beriman adalah mengutamakan kehendak dan ridha Allah dengan ikhlas dan lapang hati. Dia merasa senang dengan kehendak Allah, tidak mengeluh dan buruk sangka. Allah Ta'ala berfirman:
وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
"Dan berilah kabar baik kepada orang yang sabar." (Al Baqarah, 2:155).
Dalam ayat ini tidak difirmankan, 'berilah kabar baik pada orang yang berdoa', melainkan 'berilah kabar baik pada orang yang sabar'. Oleh karena itu, jika manusia melihat doanya tidak berhasil atau tidak terpenuhi secara lahiriah, hendaklah dia tidak bingung. Sebaliknya, hendaklah dia mengutamakan kehendak dan ridha AllaTa'ala dengan sabar dan kemantapan hati.
Ada dua macam kewajiban para hamba Allah. Ketika melihat tanda-tanda musibah, mereka berdoa.Tetapi ketika melihat ada takdir dalam musibah itu, mereka hendaklah bersabar. Sebagaimana Nabi Muhammad saw. bersabar dengan kewafatan anak-anak beliau, termasuk yang bernama Ibrahim.
Dua bagian kehendak Allah, ingin mengakui manusia dan ingin diakui oleh manusia, telah ditetapkan sebagai sunatullah. Allah berfirman:
وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللّٰهِ تَبْدِيْلاً
"Dan kamu tidak menemukan perubahan dalam sunnah Allah." (Al Ahzab, 33:62).
Allah Ta'ala mempertunjukkan hubungan pertemanan dengan manusia. Seorang teman kadang menerima keadaan dan kemauan orang lain, dan kadang minta orang lain menerima keadaan dan kemauannya. Seandainya ada orang menganggap bahwa Allah Ta'ala bagaikan orang awam yang lemah, yang mau menerima setiap keadaan dan kemauan manusia, anggapan itu salah. Seorang ibu yang tak terbatas kasih sayangnya pada anaknya, tidak mesti menerima semua kemauan anaknya. Misalnya, suatu saat ketika anak melihat sebuah bara api yang menyala lalu memintanya, maka ibu tidak mungkin akan memberikannya. Namun, ketika anak menderita sakit, maka ibunya merasa perlu memberi obat pahit padanya. Begitu pula manusia, karena butuh penyempurnaan, kadang-kadang dia juga perlu diberi siksaan, agar menjadi sempurna ketulusan dan istiqamahnya. Selain itu, perlu kesabaran bagi orang yang berdoa.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 5, hlm. 271-272).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar