Ada dua macam manusia. Pertama, manusia yang percaya adaya Tuhan. Kedua, manusia yang tidak percaya adanya Tuhan, yang disebut ateis.
Pada sebagian orang yang mengatakan percaya pada Tuhan (Allah), ada semacam urat nadi ateis. Karena jika mereka percaya sepenuhnya, tidak mungkin mereka meningkat dalam perbuatan jahat dan tidak senonoh. Seperti orang yang diberi arsenik (racun keras); ketika dia mengetahui bahwa racun itu mematikan, maka dia tidak akan pernah memakannya, sekalipun dia dibujuk dengan pemberian uang jutaan rupiah. Karena dia yakin benar bahwa bila dia memakannya akan binasa.
Allah Ta'ala tidak suka pada perbuatan dosa, dan dosa itu seperti racun. Setelah orang benar-benar meyakini adanya Allah dan akibat buruk perbuatan dosa; tidak mungkin terjadi kejahatan seperti berkata bohong, berbuat zina, tega membuat derita pada orang lain, hanya demi perhiasan yang tak seberapa harganya tega membunuh anak yang tidak berdosa.
Orang itu melakukan perbuatan dosa karena dia tidak tahu bahwa racun perbuatan dosa itu berbahaya dan mempunyai daya perusak yang lebih besar daripada racun arsenik. Jika orang mempunyai keyakinan bahwa Allah ada, Dia benci pada kejahatan dan pembalasannya siksa yang pedih, maka dia akan benci pada dosa dan menghindar dari keburukan.
Karena sekarang kehidupan berdosa telah merata, kebencian pada perbuatan dosa tertukar dengan kecintaan padanya, maka aku katakan bahwa sekarang keyakinan ateis telah meluas. Bedanya hanyalah, kelompok pertama mengatakan dengan lisan bahwa Tuhan ada tapi nyatanya mereka tidak percaya. Kelompok kedua, mereka jelas menolak adanya Tuhan. Hakekatnya keduanya serupa. (Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jilid 1, hlm. 285-286).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar