Rabu, 22 Mei 2019

Tiga Syarat Tobat



Pada dasarnya tobat merupakan penggerak dan penguat untuk mencapai akhlak yang baik. Untuk itu orang perlu bertobat dengan hati yang tulus dan keinginan yang kuat. Layak diingat, ada tiga syarat untuk tobat. Tanpa terpenuhinya ketiga syarat itu, tidak mungkin bisa tercapai tobat yang sebenarnya, yang disebut 'taubatan nashuuhaa' (tobat yang sungguh-sungguh).
Dari antara syarat-syarat tobat itu, syarat pertama (dalam bahasa Arab) disebut iqlaa' (penghapusan), yakni menjauhkan angan-angan atau khayalan buruk yang menjadi penggerak kebiasaan-kebiasaan buruk. Angan-angan berpengaruh sangat besar  pada perbuatan. Ini merupakan hal yang dapat diterima secara universal. Karena sebelum datang di medan tindakan, setiap perbuatan tersimpan dalam bentuk angan-angan. Jadi syarat pertama untuk tobat adalah melepaskan atau menghilangkan pikiran-pikiran rusak dan angan-angan buruk. Misalnya, bila seorang laki-laki ada hubungan haram dengan wanita lain, maka sebelum bertobat hal yang perlu dilakukan adalah, menetapkan dalam hati bahwa wanita itu bentuknya tampak jelek, dan menghadirkan dalam hati semua kebiasaannya yang tercela. Karena itu, hapuskan anggapan bahwa angan-angan buruk mendatangkan kenikmatan.
Syarat tobat kedua adalah nadam (penyesalan), yakni menyatakan penyesalan sehubungan dengan perbuatan-perbuatan buruk yang lalu. Bagi setiap manusia di dalam dirinya terdapat kekuatan hati nurani, yang mengingatkannya atas setiap keburukan. Tetapi manusia yang malang tidak mendengarkan suara hati nuraninya, dan meninggalkannya. Oleh karena itu, dia seharusnya menyatakan penyesalan atas perbuatan buruk dan dosa, dan memikirkan bahwa kenikmatan (dari perbuatan buruk) ini bersifat sementara dan hanya beberapa hari. Kemudian dia seharusnya memperhatikan juga bahwa setiap waktu kenikmatan dan kesenangan itu menjadi berkurang, hingga tiba usia tua saat kekuatannya menjadi lemah, kemudian dia terpaksa meninggalkan semua kenikmatan dunia itu. Oleh sebab itu, jika semua kenikmatan ini bisa lepas dalam kehidupan ini, lalu apa yang diperoleh dengan berbuat buruk? Sangat beruntung orang yang kembali bertobat, yang di dalamnya ada iqlaa' yakni penghapusan pikiran-pikiran buruk dan angan-angan kotor. Bila kotoran-kotoran ini keluar dari hati, maka akan terjadi penyesalan atas perbuatan dan pikiran buruk. 
Syarat tobat ketiga adalah 'azam (ketetapan hati, kebulatan tekad), yakni keinginan yang kuat dan pasti untuk tidak akan kembali sama sekali pada keburukan-keburukan. Tatkala orang terus menerus dalam keadaan seperti ini, maka Allah Ta'ala akan memberikan taufik dan kemampuan untuk tobat sejati. Sehingga keburukan-keburukan itu benar-benar lenyap darinya. Sebagai gantinya akan terisi dengan akhlak baik dan perbuatan-perbuatan terpuji. Inilah kemenangan akhlak. Di sini, 'memberi kekuatan' merupakan pekerjaan Allah Ta'ala. Karena Dialah pemilik semua kekuatan. Sebagaimana difirmankan:
اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا
"Bahwa kekuatan itu semuanya kepunyaan Allah." (Al Baqarah, 2:165).
Manusia adalah makhluk yang sangat lemah (4:28). Oleh karena itu, manusia hendaklah memenuhi ketiga syarat tobat di atas, selalu berdoa dengan diam-diam, dan meninggalkan kemalasan sepenuhnya. Niscaya Allah Ta'ala akan mengubah akhlaknya.
(Manzur Ilahi/Malfuzat Ahmadiyyah jld. 2, hlm. 110-111).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar